Haris tidak berpikir dua kali untuk membelokkan kemudi. Membawa mobilnya untuk melaju dan mendahului mobil yang berada di depannya, ia berniat untuk mengikuti Vanny.
Vanny mau ketemu siapa?
Tentu saja Haris tidak akan salah menebak bahwa Vanny akan bertemu dengan seseorang yang penting. Menilik dari gaun semi formal yang Vanny kenakan, Haris yakin bukanlah acara biasa yang akan Vanny datangi. Terlebih lagi dengan mobil hitam yang menjemputnya.
Itu adalah kendaraan edisi terbatas yang hanya dimiliki segelintir orang di Indonesia. Dengan sopir berpakaian rapi dalam setelan bewarna hitam, Haris yakin bahwa orang di balik semua itu bukanlah orang biasa.
Mobil Haris keluar dari portal keamanan gedung apartemen. Dengan cepat melaju. Matanya menatap lurus ke depan. Mendapati mobil yang membawa Vanny tidak terpisah jauh dengannya.
Haris menginjak pedal gas lebih dalam. Mempercepat laju mobilnya. Mengikis jarak antaranya dan mobil tersebut. Tapi, ketika Haris sedikit lagi berhasil menyusulnya, mobil di depan Haris berhenti bergerak.
Refleks, Haris dengan segera mengerem. Ia menggeram. Menatap kesal pada lampu lalu lintas yang berubah menjadi merah.
"Argh!"
Haris tidak bisa berbuat apa-apa. Selain memukul kemudinya ketika ia melihat mobil yang membawa Vanny melaju dengan mulus di depan sana. Bebas dari perangkap lampu lalu lintas dan dengan perlahan menghilang dari pandangan Haris beberapa detik kemudian.
*
Seorang pelayan dengan sopan mengantarkan Vanny untuk menuju ke lantai tiga. Pada satu ruang pribadi yang telah dipesan khusus untuk menjamu ayah dan anak yang tak pernah makan bersama lagi sejak sekian lama.
Vanny masuk. Melangkah dengan ragu ketika mendapati Bhakti telah berada di sana.
"Vanny."
Bhakti dengan segera bangkit dari duduknya. Tersenyum ketika penantian yang mendebarkan itu berakhir pula. Ia beranjak. Menyambut kedatangan Vanny dengan dua tangan yang refleks membentang.
Namun, Vanny langsung menuju kursinya. Duduk di sana. Mengabaikan Bhakti yang berharap akan mendapatkan satu pelukan dari sang putri.
Bhakti mendeham. Menabahkan hati dan mengingatkan diri sendiri untuk tidak tamak. Mendapati Vanny ingin meminta bantuan darinya dan menerima ajakan makan siangnya saja adalah hal yang sangat luar biasa.
Kembali duduk di kursinya semula, Bhakti merasakan telapak tangannya basah oleh keringat. Ia gugup. Dalam rasa senang yang tak mampu ia ungkapkan dengan kata-kata.
Bhakti melihat Vanny yang melihat pada sajian di atas meja. Dan ia buru-buru berkata.
"Papa ingat kamu suka makan ikan nila asam manis."
Vanny mengangkat wajah. Mendapati Bhakti yang melihatnya dengan sorot harap-harap cemas.
"Benar kan?"
Vanny mengangguk. "Benar, Pa."
Satu kata panggilan itu mendarat dengan sempurna di indra pendengaran Bhakti. Mencoba bertahan untuk tidak meneteskan air mata kebahagiaannya, Bhakti akan mengingat bagaimana lembutnya Vanny memanggil dirinya.
Dan tak hanya itu yang membuat Bhakti seolah tengah melayang di langit sana. Mendapati dirinya yang tidak keliru mengingat kesukaan Vanny jelas adalah hal yang membanggakannya. Kelegaan menyeruak di dada Bhakti. Ia membuang napas dengan ringan. Lalu dengan begitu semangat, ia mengajak Vanny untuk menikmati semua hidangan di sana.
"Ayo, kita makan, Van. Mumpung semuanya masih hangat."
Namun, Vanny tidak langsung meraih sendok dan garpunya. Alih-alih ia justru menatap ragu pada Bhakti.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ex Who Trapped Me 🔞 "FIN"
RomanceMendapat pekerjaan sekaligus bertemu mantan pacar? O oh! Vanny tidak pernah berharap hal itu terjadi dalam skenario hidupnya. Bagi Vanny mantan pacar adalah spesies yang seharusnya punah dari peradaban manusia. Sementara bagi Haris lain lagi. Menuru...