51. B-Bentar Deh!

836 75 7
                                    

Itu jelas bukan hari yang mudah untuk Vanny. Bagaimana tidak? Semalam berkat kedatangan Sekar dan Haris yang tidak pernah ia bayangkan seumur hidup, praktis Vanny mengalami insomnia. Ia benar-benar tidak bisa tidur lantaran semua yang terjadi sepanjang sore hingga malam itu berputar-putar di benaknya. Terlebih lagi dengan sisa debar yang tertinggal di jantungnya sungguh membuat ia merasa tak tenang.

Vanny memulai hari dengan wajah kusut dan tubuh sedikit letih. Kurang bersemangat lantaran istirahatnya yang tidak cukup. Dan ketika ia berdoa pada Tuhan agar bisa menjalani pekerjaannya dengan baik hari itu, cobaan pun langsung datang menyapa dalam bentuk seorang cowok. Tentu saja, itu adalah Haris.

Tidak cukup dengan sapaan penuh semangat yang terkesan mencurigakan, Vanny pun dibuat tak bisa berkata-kata berkat satu kecupan yang Haris daratkan di pipinya. Tepat ketika pintu lift akan membuka dan Vanny tidak mengira Haris akan melakukan itu. Karena di saat Vanny tersadar untuk apa yang terjadi, maka saat itu pula Haris sudah melangkah keluar dari lift.

"H-Haris."

Tangan Vanny refleks naik dan memegang pipinya. Tergugu melihat ke depan. Pada Haris yang tampak biasa-biasa saja melangkah. Seolah tidak menyadari bahwa apa yang telah ia lakukan sukses membuat Vanny nyaris tidak bisa berjalan lagi.

Ya ampun. Tapi, lutut Vanny benar-benar terasa goyah saat ini. Bahkan saking goyahnya sampai membuat Vanny terlihat seperti zombi yang sedang berusaha berjalan. Setidaknya itulah yang dilihat oleh mata Astrid.

Astrid sedikit menurunkan kacamatanya. Dalam pandangan menyipit ia menyambut kedatangan Vanny dengan satu pertanyaan.

"Kurang sehat, Van?"

Vanny menaruh tas kerja di meja dan buru-buru berpegang pada meja. Astaga. Tidak bermaksud berlebihan. Tapi, lutut goyah dan jantung berdebar-debar adalah kombinasi paten untuk membuatnya seperti orang yang tidak ada tenaga. Persis seperti orang yang tidak makan berhari-hari. Dan sepertinya itulah yang dilihat oleh Astrid.

"Kamu kelihatan agak kurang bersemangat, Van."

Vanny mencoba untuk bersikap lebih tenang. Tersenyum walau kaku.

"Ehm ... kurang tidur, Bu," jawab Vanny sekenanya. "Semalam insomnia."

Sepertinya Astrid sedikit meragukan hal tersebut. Apa mungkin orang insomnia bisa sampai gemetaran seperti Vanny? Ehm entahlah. Tapi, yang pasti Astrid tidak ada pilihan lain selain mengangguk sekali. Berikut dengan lirihan singkat yang menyertainya.

"Oh."

Tidak sepenuhnya salah, tapi tentu saja tidak sepenuhnya benar. Memang Vanny mengalami insomnia semalam. Hanya saja insomnia bukan menjadi-jadi satu-satunya alasan mengapa Vanny terlihat kurang bersemangat kala itu. Terlepas dari kecupan Haris yang ia terima, adalah kejadian semalam yang benar-benar membuat ia tak habis pikir. Hingga tanpa sadar itu membuat tenaganya terkuras.

Gimana ya caranya buat nyelesaikan salah paham dengan Mamanya Haris?

Pikiran Vanny kusut. Persis seperti benang yang dimainkan oleh kucing. Mencoba untuk mencari jalan keluar, ia ragu Sekar akan percaya omongannya ketika Haris justru mengatakan hal yang sebaliknya.

"Kamu lagi ada masalah, Van?"

Sepertinya kekusutan pikiran Vanny benar-benar tercetak nyata di wajahnya. Setelah tadi Astrid menduga dirinya sakit, sekarang ada Haris yang mengira dirinya ada masalah. Tepat ketika Vanny mengantarkan satu berkas pada Haris. Dan kala itu Vanny menyeletuk di dalam hati.

Kan kamu masalah aku, Ris. Kok nggak nyadar diri banget sih jadi orang?

Namun, Vanny mencoba untuk tetap tenang. Keadaan tubuhnya yang sedikit kurang fit hari itu memberikan sinyal padanya. Untuk tidak membuang-buang tenaga secara percuma. Terlebih lagi kalau hanya untuk menghadapi Haris.

The Ex Who Trapped Me 🔞 "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang