43. Ketika Hair Dryer Tak Lagi Dibutuhkan

1.1K 84 7
                                    

Vanny menggeliat. Bergerak dalam alunan sensual demi membantu Haris menyingkir kaus santai itu dari tubuhnya.

Terbebas dari bajunya, Vanny lantas meraih wajah Haris kembali. Demi melanjutkan ciuman mereka yang sempat terjeda beberapa saat.

Haris menyambut bibirnya Vanny. Mengecup dan mencecapnya dengan kedua tangan yang kembali bergerilya. Meraba kulit halus itu dan lantas menangkup payudara Vanny. Demi menciptakan erangan feminin yang menggema di dalam mulutnya.

Remasan itu membuat Vanny tersentak. Tapi, satu tangan Haris menahan tubuhnya. Untuk tetap berada di dekatnya. Dalam desakan keinginan yang tak mampu Haris tahan.

Bibir Vanny terasa manis dalam cecapan Haris. Membuat ia tak henti-hentinya mengecap. Bergantian dengan kecupan yang silih berganti mendarat di tiap sudutnya.

Lidah Haris keluar. Mengusap bibir Vanny dan mulut cewek itu membuka. Menyilakan Haris untuk masuk dan menjajah kehangatan di dalam sana.

Haris menarik pinggang Vanny. Merengkuhnya ketika ia makin terdorong untuk menundukkannya. Menengadahkan wajahnya dan lantas ia mengisap lidah Vanny.

Vanny kembali mengerang. Tangannya pindah. Mendarat di pundak Haris yang kokoh. Meremas. Bertahan di sana.

"H-Haris."

Vanny tersengal layaknya ia adalah atlet atletik yang sedang berlari di lintasan puluhan kilometer. Napasnya susah. Dadanya sesak. Tertekan oleh bidang dada Haris.

Haris melepaskan lidah Vanny setelah puas bermain-main dengannya. Dalam lumatan dan pagutan yang silah berganti berhasil membuat Vanny megap-megap karenanya. Hingga tanpa sadar Vanny mengangkat satu kakinya. Naik dan melingkari pinggang Haris.

Satu kecupan Haris berikan pada bibir Vanny sebelum ia melanjutkan cumbuannya. Kali ini menyasar pada kulit wajah Vanny yang halus dan lembut. Beraroma wangi khas bunga-bunga. Yang membuat ia lupa akan semua yang ada di dunia.

Hanya Vanny. Saat ini hanya ada dirinya dan Vanny.

Maka bibir Haris memberikan kecupan-kecupan di sepanjang garis wajah Vanny. Terus turun. Memanfaatkan kesempatan dengan amat baik tatkala Vanny mengangkat wajahnya tinggi-tinggi.

Dunia terasa bergoyang di bahwa kaki Vanny. Seolah ada gempa yang membuat tubuhnya lemah tak berdaya. Lututnya bergetar. Dalam aliran hasrat yang membuat ia makin putus asa.

"Haris."

Tangan Haris bergerak. Meraba ramping perut Vanny. Perlahan naik ke balik punggungnya. Demi membebaskan Vanny dari satu penyangga di sana.

Vanny memejamkan mata. Tak keberatan sama sekali ketika Haris melempar dengan asal bra Vanny ke sembarang arah. Dan ia sontak menahan napas tatkala remasan itu mendarat di payudaranya. Dengan penuh irama hingga lagi-lagi Vanny mengerang dengan penuh gelora.

Haris menggeram. Terpaksa bersabar sejenak ketika ia menjeda cumbuannya. Demi membawa Vanny ke dalam gendongannya.

Tergesa-gesa berjalan menuju ke tempat tidur, Haris membanting tubuh mereka berdua di kasur yang empuk itu. Ia menindih Vanny. Langsung melanjutkan semua godaan yang sempat terjeda beberapa detik lamanya.

Vanny memejamkan mata. Kedua tangannya naik. Bergerak tak tentu arah dan berhenti ketika mendapati bantal di bawah kepala.

"Aaah!"

Jemari itu meremas bantal. Desahan itu mengalun. Tepat ketika Haris berangsur turun dan tanpa aba-aba sama sekali melenyapkan satu puting Vanny ke dalam mulutnya.

Kaki Vanny bergerak gelisah. Kepala Vanny menggeleng-geleng. Bukan untuk menolak. Alih-alih sebaliknya. Memberikan isyarat akan penerimaan dan juga kepasrahan untuk semua yang Haris lakukan padanya.

The Ex Who Trapped Me 🔞 "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang