Untuk beberapa saat lamanya, dua pasang mata itu saling menatap satu sama lain dengan minimnya kedip yang terjadi. Hening, Haris dengan sengaja memilih untuk diam. Dalam upaya memberikan kesempatan bagi Vanny untuk memberikan jawaban yang ia inginkan. Tapi, nyatanya lima menit justru berlalu begitu saja dalam kebisuan.
Vanny tidak menjawab pertanyaan tersebut. Alih-alih bibir cewek itu terkatup amat rapat. Seperti membantengi diri untuk tidak terlepas mengucapkan satu kata pun.
Melihat itu Haris menarik napas sedalam mungkin. Ia mencoba bersabar. Yang mana sebenarnya itu bukanlah sifatnya.
"Van," lirih Haris kemudian. "Kamu nggak mau jawab pertanyaan aku?"
Tampak ekspresi tak berdaya di wajah Vanny. Ia tetap tidak memberikan jawaban yang diinginkan oleh Haris. Alih-alih hanya menggeleng.
"Please, Ris. Semua itu udah lama banget."
Haris tidak akan mundur. Walau ia tau yang dikatakan oleh Vanny memang benar adanya, tetap saja. Haris ingin rasa penasarannya terjawab.
"Walau udah lama," ujar Haris membalas perkataan Vanny. "Bukan berarti itu ngubah kenyataan kalau kamu udah mutusin aku secara sepihak."
Vanny tertohok. Jantungnya seperti tidak berdetak ketika Haris mengatakan itu dengan penuh penekanan.
"Tanpa ada alasan apa pun."
Tak bisa mundur atau mengelak, Vanny membeku total ketika perkataan Haris lagi-lagi menghunjam dirinya.
"Tanpa ngasih aku kesempatan buat ngebela diri."
Memang. Dan kenyataan yang terakhir itu membuat Vanny tampak nelangsa. Wajahnya terlihat putus asa dan juga menyedihkan. Seperti pasrah pada penghakiman yang sedang masa lalu lakukan padanya.
Haris mengepalkan jari tangannya yang bertahan pada dinding. Sikunya lantas sedikit menekuk ketika si empunya semakin menunduk. Vanny menahan napas.
"Jadi aku menuntut penjelasan, Van. Apa alasan kamu sampe mutusin aku dulu?"
Buku-buku jari Vanny di bawah sana sudah amat memutih ketika kepalannya semakin lama semakin menguat. Bahkan mungkin peredaran darahnya pun turun berhenti saking kuatnya kepalan itu. Menghadirkan rasa dingin yang lantas menjalar ke tiap sisi tubuh Vanny.
"Aku janji, Van. Aku nggak bakalan pergi dari kamar kamu sebelum kamu jawab pertanyaan aku."
Vanny menatap Haris dengan sorot tak percaya. Dan cowok itu membalas tatapannya dengan mata yang menyipit.
"Kenapa?" tanya Haris. "Kamu nggak percaya kalau aku beneran bakal tetap di sini sampai kamu jawab pertanyaan aku?"
Mata Haris kian menyipit. Kali ini dahinya pun turut mengerut dalam ekspresi menduga yang mendadak menghiasi wajahnya.
"Atau ... kamu sengaja ya nggak mau jawab pertanyaan aku? Sengaja biar aku nggak pergi dari kamar kamu?"
Tentu saja Vanny melongo mendengar pertanyaan dengan nada menuding yang Haris tujukan padanya. Ia mengerjap dan bertanya dengan terbata.
"A-apa kamu bilang? Aku sengaja?"
Satu tangan Haris yang bebas buru-buru menutup mulutnya sendiri kala ia terkesiap dengan penuh irama. Bola matanya yang membesar adalah pertanda bahwa tuduhan itu benar-benar terbersit di benaknya.
"Jangan bilang kalau kamu justru mau aku nginep di kamar kamu ya?"
Vanny seketika mendelik. Pertanyaan Haris dengan amat ampuh mengusir ketegangan yang sempat membekukan tubuhnya sedari tadi. Kaku yang ia rasakan sirna seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ex Who Trapped Me 🔞 "FIN"
RomanceMendapat pekerjaan sekaligus bertemu mantan pacar? O oh! Vanny tidak pernah berharap hal itu terjadi dalam skenario hidupnya. Bagi Vanny mantan pacar adalah spesies yang seharusnya punah dari peradaban manusia. Sementara bagi Haris lain lagi. Menuru...