Vanny berusaha melepaskan diri, tapi Haris memastikan yang sebaliknya. Ketika cewek itu menarik tangannya maka Haris segera bangkit dari tidurnya dengan tangkas. Melakukan hal yang serupa dengan arah yang berbeda. Menarik tangan Vanny hingga tubuh cewek itu seketika tersentak.
Dengan tenaga yang tak sebanding dengan yang dimiliki oleh Haris, tentu saja Vanny hanya bisa pasrah ketika tubuhnya mendarat di pangkuan Haris. Gesit dan cepat, Haris langsung memastikan bahwa Vanny tidak akan memiliki kesempatan sedikit pun untuk melepaskan diri.
Vanny mendelik, tapi tak ditanggapi serius oleh Haris.
"Lepasin aku, Ris."
Haris tersenyum lebar. "Nggak jadi mau megang aku?" tanyanya seraya menyodorkan wajah. "Nih! Kamu mau megang yang mana? Hidung? Pipi? Atau ... bibir?"
Seumur hidup tidak pernah Vanny mengira bahwa dirinya akan dipermalukan sedemikian rupa oleh mantan pacar. Terlebih lagi ketika Haris mengatakan bibir, maka setelah itu ia memonyongkan bibirnya beberapa kali. Melihatnya entah mengapa membuat Vanny teringat akan mulut ikan nila yang megap-megap saat kekurangan air.
"Loh? Kok malah bengong sih?"
Vanny mengerjap sekali. Memindahkan fokus matanya dari bibir Haris kembali ke sepasang matanya.
"Mau pegang yang mana?"
Dengan begitu sengajanya Haris mengedipkan mata berulang kali. Mungkin ia pikir itu bisa untuk menggoda Vanny, tapi yang cewek itu rasakan justru sebaliknya. Perutnya terasa mual. Seperti daging sapi yang ia makan tadi mendadak melakukan demonstrasi di dalam sana.
Kedua tangan Vanny mendorong dada Haris. Menggeram, ia berusaha bangkit. Tapi, Haris dengan kuat mempertahankannya.
"Kali ini aku nggak bakal lepasin kamu lagi, Van."
Itu bukan soal pangkuan. Vanny tau. Ketika ia menghentikan pergerakannya, ia tau apa maksud Haris yang sebenarnya.
"Aku nggak bakal lepasin kamu lagi."
Vanny tertegun ketika mendengar hal yang sama untuk yang kedua kalinya terlontar dari bibir Haris. Sekarang ketika ia lihat kembali maka tak ada kesan main-main atau menggoda di wajahnya. Yang ada justru sebaliknya. Keseriusan yang membuat Vanny meneguk ludah.
"Haris."
Mata Haris menatap lekat pada Vanny. "Kamu tetap nggak mau jujur kenapa kamu mutusin aku dulu?"
Vanny menahan napas di dada. Tanpa sadar jari-jari tangannya yang berada di dada Haris bergerak perlahan. Meremas kaus santai yang ia kenakan. Ia tidak akan menjawab. Sempat berharap sebaliknya, tapi Haris tau ujungnya memang tetap sama. Ia tetap tidak akan mendapatkan jawaban apa pun.
"Oke kalau gitu," ujar Haris sambil mengangguk dua kali. "Kita singkirkan dulu soal itu. Yang penting di sini ..."
Remasan jari-jari Vanny di kaus Haris bergeming. Berhenti bergerak ketika Vanny menyadari bagaimana sorot mata Haris berubah. Menusuk padanya seolah ingin membidik ke lubuk sanubari yang terdalam.
"... aku ingin kita balik lagi kayak dulu."
Kaku, tapi Vanny berusaha untuk menggeleng.
"Kenapa kamu nggak mau kita kayak dulu sementara kamu masih ada rasa sama aku, Van?"
Haris tau Vanny akan menampik hal tersebut. Terlihat dari bola matanya yang membesar. Tapi, Haris dengan cepat bicara kembali.
"Kamu mau bukti?"
Bola mata Vanny tidak bisa membesar lebih besar lagi. Ketika pertanyaan itu mendarat di indra pendengarannya, kengerian seketika menjalari tubuh Vanny. Alarm peringatannya berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ex Who Trapped Me 🔞 "FIN"
RomanceMendapat pekerjaan sekaligus bertemu mantan pacar? O oh! Vanny tidak pernah berharap hal itu terjadi dalam skenario hidupnya. Bagi Vanny mantan pacar adalah spesies yang seharusnya punah dari peradaban manusia. Sementara bagi Haris lain lagi. Menuru...