61. Ketakutan Itu ... Menelan Dari Dalam

641 76 6
                                    

"K-kamu tau, Ris?"

Haris tertegun. Diam untuk beberapa saat ketika mata Vanny menatapnya dengan sorot yang berbeda. Pada akhirnya Haris tidak bisa mengelak. Apa yang sudah ia ucapkan tentu saja tak mungkin Vanny abaikan begitu saja.

"K-kamu tau?" tanya Vanny lagi dengan wajah yang benar-benar tampak syok. "Kamu tau pria itu?"

Haris mengangguk. Membenarkan dugaan Vanny dan membuat tubuh ramping itu menegang seketika.

"Sejak kapan kamu tau?"

Haris membuang napas panjang. "Belum lama ini," jawabnya dengan lirih. "Tepatnya mungkin baru seminggu ini."

Jawaban Haris membuat Vanny membeku. Seolah butuh waktu untuk benar-benar mencerna apa yang dikatakan Haris. Dan ketika ia sadar, Vanny sontak menarik diri. Menjauh dari Haris.

"Kamu tau dan kamu diam saja?"

Haris putus asa. Wajahnya terlihat lelah. Sama seperti Vanny. Dan untuk pertanyaan Vanny yang satu itu, Haris tidak tau harus menjawab apa.

"Kamu tau dari mana?" tanya Vanny. Tapi, sebelum Haris sempat menjawab, benak Vanny seketika penuh dengan kilasan kejadian beberapa hari belakangan ini. Ia menatap Haris dan menebak dengan rasa takut. "Esti?"

Dan untuk pertanyaan itu, Haris kembali tidak bisa mengelak. Pun Vanny juga tidak butuh jawaban Haris. Karena yang mengetahui semuanya dengan pasti memang hanya Esti.

Namun, sungguh. Vanny tidak mengira kalau Esti akan melakukan hal itu padanya. Menceritakan kisah gelap keluarganya. Padahal selama ini Vanny mengira bahwa Esti akan menjaga rapat-rapat aib itu. Tapi, apa yang telah Esti lakukan? Menceritakan semua itu pada Haris?

Haris tentu tau apa yang Vanny pikirkan. Maka ia dengan cepat bertindak. Tidak ingin Vanny menuding Esti.

"Van, ini bukan salah Esti. Aku yang mendesak dia buat menceritakan semuanya. Dia nggak pernah mau buat cerita, tapi aku terus mendesak dia."

Sekarang Vanny tak lagi peduli. Entah dari mana Haris tau mengenai keluarganya. Sudah amat terlambat.

"Buat apa, Ris? Buat apa kamu nanya soal keluarga aku?" tanya Vanny cepat. "Buat apa kamu tau tentang keluarga aku?"

Buat apa? Buat apa Haris mengetahui semua mengenai keluarga Vanny? Jawabannya tentu hanya satu.

"Karena aku memang harus tau semua yang menyangkut kamu. Cewek yang aku cinta, Van."

"Haris----"

Haris beranjak dengan cepat. Mengikis jarak yang baru saja diciptakan oleh Vanny. Karena bila Vanny bersikeras untuk menjauhi dirinya, maka Haris bisa meyakinkan semua yang ada di dunia ini bahwa ia lebih bersikeras lagi.

"Aku nggak tau sesakit apa kamu, Van. Aku memang nggak pernah tau. Tapi, please. Jangan samakan aku dengan Papa kamu."

Haris tau. Mudah baginya dan orang yang tidak mengalaminya untuk mengatakan itu. Mudah sekali. Tapi, tidak akan pernah mudah untuk Vanny dan mereka yang mengalaminya.

"Aku mohon, Van," pinta Haris. "Coba lihat aku."

Haris menangkup kedua pipi Vanny. Menahan wajahnya agar pandangan mereka bertemu. Dalam satu garis tatapan lurus yang menghubungkan semuanya.

"Lihat aku sebagai aku, Van. Jangan lihat aku sebagai orang lain yang bahkan aku nggak tau dia siapa. Ini nggak adil untuk aku, Van. Dituding untuk kesalahan yang bahkan nggak pernah aku lakukan sama sekali."

Vanny tau apa yang Haris katakan memang benar. Apa yang ia lakukan sekarang tak ubahnya seperti seorang hakim yang menghukum seseorang dengan perbuatan yang orang lain lakukan. Haris tidak bersalah apa-apa. Tapi, mengapa harus ia yang menjadi tertuduh?

The Ex Who Trapped Me 🔞 "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang