Berusaha untuk tetap sabar dan tenang ketika makan malam bersama itu berlangsung, pada akhirnya Haris mendapatkan kesempatannya. Untuk bicara berdua saja dengan Vanny. Yaitu ketika makan malam berakhir dan Haris segera bangkit dari duduknya seraya mengambil alih piring yang sudah Vanny tumpuk.
"Mama nonton aja ya. Biar aku bantuin Vanny bentar."
Semula Sekar tampak ingin mengatakan sesuatu. Tapi, ketika dilihatnya Haris yang sudah keburu bangkit seraya membawa setumpuk piring, maka wanita paruh baya itu mengurungkan niatnya. Ia mengangguk.
"Oke. Mama nonton aja."
Sekar beranjak dari sana. Layaknya pemilik asli hunian itu, ia pun menuju ruang menonton. Meninggalkan Haris dan Vanny.
Setelah memastikan sang ibu benar-benar telah pergi, Haris dengan serta merta menarik Vanny. Melupakan tumpukan piring yang kembali ia taruh di atas meja, ia membawa Vanny untuk ke dapur.
"Ris."
Haris tidak menghentikan langkah kakinya walaupun Vanny dengan terang-terangan berontak di sepanjang jalan. Vanny memukul Haris. Tapi, Haris benar-benar bergeming. Terus berjalan hingga mereka benar-benar tiba di dapur.
"Ris! Apa-apaan sih?"
Vanny cemberut. Meraba pergelangan tangannya yang baru saja terbebas dari genggaman Haris.
"Aku, Van," geram Haris panik. "Aku yang harusnya nanya. Apa-apaan sih? Ini ada apa?"
Masih meraba pergelangan tangannya, Vanny mengangkat wajahnya. Melihat Haris dengan wajah cemberut.
"Menurut kamu ada apa?" balik bertanya Vanny dengan wajah tertekuk. Manyunnya terlihat semakin menjadi-jadi. "Mama kamu datang ke sini dan untuk itu rasa-rasanya aku kan yang wajarnya nanya ke kamu?"
Haris menggaruk kepalanya. Yang dikatakan oleh Vanny memang benar sih. Tapi ...
"Argh!" geram Haris. Matanya melirik tajam ke ambang pintu dapur. Seolah bisa melihat sang ibu dari sana. "Mama ini bener-bener deh."
"Jadi ..."
Suara Vanny membuat Haris kembali beralih pada cewek itu. O oh! Haris bisa melihat dengan jelas sorot penuntutan yang memancar dari sepasang mata bening Vanny.
"... ini ada apa, Ris?"
Haris berdecak. Bingung dan pusing. Harus bagaimana ia menjawab pertanyaan itu sementara Vanny terlihat amat mendesak?
"Ada apa?"
Mengulang kembali pertanyaannya untuk yang kesekian kali, Vanny mendelik pada Haris. Dan pada akhirnya Haris membuang napas panjang. Masih ragu juga untuk menjawab pertanyaan itu dengan jujur.
Kira-kira, Vanny bakal ngamuk nggak ya kalau aku jawab apa yang sebenarnya terjadi?
Haris meneguk ludah. Cepat matanya memindai keadaan di sekeliling. Sial! Mereka saat itu berada di dapur. Tempat di mana beberapa senjata tajam berkamuflase sebagai peralatan memasak.
Ada pisau buah, pisau sayur, hingga pisau daging. Itu semua jelas adalah senjata tajam yang sedang berpura-pura menjadi alat-alat dapur. Astaga! Nyawa Haris jelas terancam.
"Ris."
Namun, Haris pun menyadari ia tidak punya pilihan lain. Terlebih lagi kalau besok Sekar benar-benar datang ke sana lagi. Cepat atau lambat semuanya pasti akan terbongkar pula.
Maka Haris pun meraih tangan Vanny. Mungkin sikapnya itu membuat jantung Vanny sedikit bergemuruh. Terlebih lagi dengan tatapan mata Haris yang tertuju padanya dengan tanpa kedip. Tentunya menghadirkan suasana yang membuat Vanny menjadi berdebar-debar tak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ex Who Trapped Me 🔞 "FIN"
RomanceMendapat pekerjaan sekaligus bertemu mantan pacar? O oh! Vanny tidak pernah berharap hal itu terjadi dalam skenario hidupnya. Bagi Vanny mantan pacar adalah spesies yang seharusnya punah dari peradaban manusia. Sementara bagi Haris lain lagi. Menuru...