Sekarang apa lagi ya, Tuhan?
Astrid langsung menghentikan sejenak pekerjaannya ketika dari kejauhan ia melihat kedatangan seorang cewek. Itu adalah Tasya yang dengan langkah terburu-burunya langsung menuju Astrid. Ketika itu sang sekretaris tersenyum menyambut kedatangan Tasya. Pun dengan ramah menyapa.
"Selamat pagi, Nona. Ada yang----"
"Mana Haris?" tanya Tasya memotong sapaan sopan Astrid. Ia melihat ke pintu ruang kerja Haris, menunjuk dengan menggebu. "Dia ada di dalam?"
Astrid menggeleng sekali. "Nggak ada, Nona. Pak Haris nggak masuk hari ini. Dia lagi sakit."
Mendengar hal tersebut, Tasya lantas langsung beranjak meninggalkan meja Astrid. Pergi tanpa mengatakan apa-apa hingga membuat Astrid melongo selama beberapa saat lamanya.
Astrid mengerjap sekali. Ia menarik napas dalam-dalam.
"Udah nggak heran kalau dia bersikap seperti itu," lirih Astrid seraya duduk kembali di kursinya. Tapi, ketika ia berniat untuk melanjutkan kembali pekerjaannya, sesuatu membuat ia tertegun. "Kenapa Nona Tasya kelihatan beda ya? Matanya kayak lagi nangis nggak sih?"
Ketika berada di dalam lift, Tasya melihat pantulan samar wajahnya di dinding. Ia segera mengeluarkan kacamata dari dalam tasnya. Mengenakan benda itu untuk menutupi merah di matanya.
Haris, kamu kenapa tega banget sama aku?
Bukan tanpa alasan mengapa Tasya mencari Haris pagi itu. Alih-alih karena sesuatu yang dikatakan oleh Bhakti yang menjadi penyebabnya. Sesuatu yang tidak pernah ia duga selama ini. Bahwa Haris tidak menginginkan perjodohan apa pun antara mereka berdua.
Tasya langsung melajukan mobilnya. Berusaha secepat mungkin tiba di rumah Haris. Ia menghentikan laju kendaraan roda empatnya tepat di depan pelataran rumah Arif. Keluar dan mengabaikan seorang asisten rumah tangga yang menyambut kedatangannya.
"Selamat pagi, Nona."
Tasya mengabaikan sapaan sopan itu. Jangankan membalas atau sekadar tersenyum, ia justru melakukan hal yang sebaliknya. Tak peduli dengan keberadaan asisten rumah tangga itu, ia langsung melangkah masuk ke dalam rumah.
Asisten rumah tangga melotot. Langsung menyusul Tasya.
"Nona. Nona mencari siapa? Silakan duduk. Biar saya buatkan minuman."
Tasya tidak peduli. Tidak menjawab pertanyaan itu, ia lanjut saja berjalan. Menaiki tangga dan langsung mengarah pada satu kamar.
"Nona."
Agaknya asisten rumah tangga itu tau ke mana tujuan Tasya. Ia mencoba untuk mencegah. Tidak ingin mengambil risiko dimarahi Sekar lantaran ketenangan Haris yang terusik.
"Nona," cegahnya. "Silakan tunggu di ruang tamu kalau ingin menemui Tuan Haris. Akan saya beri tau pada Tuan kalau Nona datang."
Tasya mengibaskan tangannya. Terus berjalan. "Minggir kamu. Ini urusan aku sama Haris. Kamu jangan menghalangi aku kalau kamu nggak mau menyesal."
Asisten rumah tangga tidak gentar. Bagaimanapun juga kemarahan Sekar bila itu menyangkut Haris lebih membuat ia takut ketimbang ancaman Tasya. Lagipula memangnya siapa Tasya?
Mendorong asisten rumah tangga, lantas Tasya meraih daun pintu. Memutarnya dan membukanya langsung. Asisten rumah tangga masih mencoba menghentikan Tasya. Tapi, cewek itu sudah keburu masuk.
Kelegaan langsung menyeruak di dada ketika Tasya melihat keberadaan Haris. Tak memedulikan apa pun, ia segera menghampiri Haris yang refleks berdiri.
"Tasya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ex Who Trapped Me 🔞 "FIN"
RomanceMendapat pekerjaan sekaligus bertemu mantan pacar? O oh! Vanny tidak pernah berharap hal itu terjadi dalam skenario hidupnya. Bagi Vanny mantan pacar adalah spesies yang seharusnya punah dari peradaban manusia. Sementara bagi Haris lain lagi. Menuru...