Haris dan Tasya sama-sama membeku. Sama-sama melihat pada titik yang sama. Yaitu, Sekar.
"A-apa, Tan?"
"A-apa, Ma?"
Nyaris bersamaan dan terkesan kompak, Haris dan Tasya memberikan pertanyaan yang sama pada Sekar. Wajah keduanya pun terlihat hampir sama. Menunjukkan ekspresi yang tak jauh berbeda. Sama-sama bingung.
Sekar berkacak pinggang. Mengabaikan putranya, ia menatap Tasya.
"Haris cinta sama cewek lain," ulang Sekar. "Karena itu perjodohan kalian batal. Karena Haris cinta cewek lain. Gimana? Jelas? Atau masih kurang jelas?"
Tasya terdiam. Sepertinya ia butuh waktu untuk benar-benar mencerna maksud perkataan Sekar. Ia terlihat bingung dan gelagapan.
"Ehm ... H-Haris cinta cewek lain?"
Tasya memegang kepala. Tampaknya ia mendadak pusing dengan penjelasan Sekar.
"T-Tante jangan main-main," lanjut Tasya dengan senyum kaku di wajahnya. "Masa Haris cinta cewek lain? Nggak mungkin."
Menggeleng berulang kali, Tasya menampik penjelasan Sekar. Ia tidak percaya. Mungkin ia mengira bahwa Sekar berbohong.
"Terus menurut kamu yang mungkin itu ..."
Suara Sekar terdengar penuh irama. Seiring dengan matanya yang melotot besar pada Tasya.
"... Haris cinta sama cowok lain gitu?!"
Tasya tersentak. Buru-buru menutup mata ketika Sekar membentak dirinya sementara Haris justru memerah wajahnya karena perkataan sang ibu.
Mama ini. Bisa-bisanya ngomong gitu.
Tasya sengaja menunggu beberapa detik. Dengan harapan ketika ia membuka matanya kembali maka wajah keras Sekar akan mengendur dengan sendirinya. Tapi, ketika ia mengintip dari celah mata, ia justru mendapati hal yang sebaliknya.
"Ngapain ngintip-ngintip? Bintitan baru tau rasa."
Takut-takut, Tasya membuka mata. Ia terlihat salah tingkah. Perlahan menundukkan wajah. Memberanikan diri untuk bicara, tapi Sekar keburu berkata.
"Oke. Sekarang semuanya sudah jelas kan? Haris nggak cinta sama kamu, Sya. Jadi jangan pernah berpikir untuk gangguin Haris."
Tasya menggeleng. "Aku nggak gangguin Haris, Tan. Aku---"
"Tapi, Haris merasa terganggu. Jadi Tante nggak mau kamu melakukan hal kayak gini lagi. Datang ke rumah orang. Nggak ada sopan santun. Menerobos masuk ke kamar cowok. Di mana harga diri kamu jadi cewek?"
Terlepas dari sikap Sekar yang mungkin berlebihan dalam memarahi Tasya, tapi yang dikatakan olehnya memang benar.
"Jelas-jelas kalian belum menikah, masa kamu masuk ke kamar Haris? Ckckck. Jangankan nikah, ada hubungan aja nggak."
Bibir Tasya mengerucut. Jari-jari tangannya tampak saling mencubit satu sama lain secara bergantian.
"T-tapi, tadi pas aku datang ... Haris lagi berduaan sama cewek itu. Mereka kan juga belum nikah, Tan. Kenapa cewek itu nggak dimarah?"
Sekar berdecak. Sekali, tangannya melambai di depan wajah. "Daripada Tante marahin mereka, lebih baik Tante nikahin aja."
"Hah?!"
Haris melotot. Begitu juga Tasya. Sekar buru-buru mendehem.
"D-dia sekretaris kedua Haris. Mereka kerja," ralat Sekar langsung. "Itu maksud Tante."
Embusan napas lega terdengar seketika. Berasal dari Tasya, Haris, dan juga Sekar. Aneh. Lucu. Tapi, itulah yang terjadi. Mereka melakukan hal yang sama walau dengan penyebab yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ex Who Trapped Me 🔞 "FIN"
RomanceMendapat pekerjaan sekaligus bertemu mantan pacar? O oh! Vanny tidak pernah berharap hal itu terjadi dalam skenario hidupnya. Bagi Vanny mantan pacar adalah spesies yang seharusnya punah dari peradaban manusia. Sementara bagi Haris lain lagi. Menuru...