Kalau sudah memeluk Vanny seperti ini, rasa-rasanya Haris tidak ingin beranjak lagi. Tapi, setitik akal sehatnya yang masih tersisa memperingatkan dirinya. Ia harus pulang dan itulah tepatnya yang diingatkan Vanny padanya.
"Ris, kamu nggak pulang?"
Vanny melihat pada jam dinding. Saat itu sudah jam tujuh malam. Waktu yang benar-benar tidak ia antisipasi ketika menerima kedatangan Haris siang tadi.
"Ehm."
Alih-alih menjawab dengan kata-kata, Haris justru mendehem. Mengeratkan pelukannya dengan mata terpejam dan hidung menyusup di helaian rambut Vanny. Mengendus aroma wangi di sana.
"Ntar kamu dicariin mama kamu, Ris."
Kali ini Haris mengelus punggung Vanny. Merasakan kehalusan dan kelembutannya.
"Bentar lagi, Van," erang Haris berat. "Bentar lagi aku balik. Tapi, aku masih mau gini sama kamu."
Vanny menahan napas. Tidak mendebat, nyatanya ia justru memejamkan kata seraya merutuk di dalam hati. Menuding dirinya sendiri yang terbawa suasana dan kalah akan perasaan. Hingga pada akhirnya ia kembali berakhir dalam pelukan Haris. Di tempat tidur. Tanpa ada sehelai benang pun yang melekat di tubuhnya. Selain selimut.
Haris bergerak. Membuat Vanny membuka mata dan mendapati tubuhnya yang didorong pelan oleh cowok itu. Dalam keadaan berbaring, ia melihat Haris yang menaunginya.
Bergeming, Vanny bahkan sampai menahan napas ketika Haris menatapnya dengan amat lembut. Penuh dengan perasaan yang membuat jantung Vanny bertalu-talu rasanya.
Satu tangan Haris pindah. Menyasar pada rambut Vanny. Membelainya dan membuat Vanny semakin berdebar-debar tak karuan karenanya.
"Aku cinta banget sama kamu, Van."
Tak hanya mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata, Haris lantas menunduk. Memberikan kecupan-kecupan di sekujur wajah Vanny. Di dahi, di mata, di pipi, di puncak hidung, dan di bibir.
Vanny merengkuh leher Haris ketika bibir mereka bertemu. Mata mereka sama terpejam. Tak butuh melihat ketika rasa itu kembali tercipta di antara mereka. Dalam lumatan dan buaian yang dengan amat cepat menghanyutkan perasaan keduanya.
Haris mencium dengan irama yang mampu menerbangkan Vanny hingga ke langit sana. Benar-benar menyentuh hingga ke lubuk sanubarinya. Dan ketika Haris menarik ciumannya, Vanny merasakan kehampaan.
Di atas bibir Vanny, Haris tersenyum lembut. Menatapnya dengan mata yang penuh akan cinta.
"Aku harus balik sekarang, Van."
Vanny tertegun. Itu adalah hal yang ia katakan beberapa saat yang lalu. Tapi, ketika Haris mengatakannya entah mengapa Vanny merasakan kekosongan dalam dirinya.
Namun, Vanny mengingatkan diri untuk tidak lagi-lagi lepas kendali. Maka dari itu ia meremas selimut di dadanya. Menggigit bibir bawahnya. Hanya memberikan satu anggukan singkat pada Haris.
Turun dari tempat tidur, mau tak mau Haris harus kembali ke kamar mandi. Membasuh tubuhnya demi menghilangkan keringat yang tersisa. Sebenarnya ia enggan menghapus jejak percintaan itu, tapi apa boleh buat.
Ketika Haris tuntas berpakaian, ia mendapati Vanny yang membelakanginya. Vanny tidak bersuara sedikit pun. Dan itu membuat Haris membuang napas dengan berat.
"Aku balik, Van."
Haris menghampiri Vanny. Melabuhkan kecupan terakhir untuk hari itu di kepalanya. Lalu ia pun pergi. Meninggalkan Vanny yang memejamkan mata dan mencoba untuk menahan jeritan pilu di dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ex Who Trapped Me 🔞 "FIN"
RomanceMendapat pekerjaan sekaligus bertemu mantan pacar? O oh! Vanny tidak pernah berharap hal itu terjadi dalam skenario hidupnya. Bagi Vanny mantan pacar adalah spesies yang seharusnya punah dari peradaban manusia. Sementara bagi Haris lain lagi. Menuru...