Bersiap untuk tidur, Vanny yang kala itu tengah melakukan beberapa rangkaian perawatan wajah termenung di meja rias. Dengan mata yang menatap kosong pada pantulan di cermin, ia seperti tidak berada di kamarnya saat itu. Alih-alih berada di tempat lain. Tepatnya di rumah Haris dengan Sekar yang berkacak pinggang padanya.
"Ingat! Datang jam setengah tujuh pagi!"
Mata tajam Sekar yang mendelik padanya membuat Vanny bergidik. Bulu kuduknya berdiri dan membuat tubuhnya merinding.
Tentu saja. Itu bukan kenyataan. Tapi, khayalan liar di benak Vanny. Akibat berandai-andai bila besok ia datang terlambat. Mungkin Sekar akan memasang wajah menakutkan.
"Astaga. Ini cuma perasaan aku aja atau gimana ya? Tapi, kok tadi itu mamanya Haris beda gitu ngeliatin aku. Ehm ... kayak yang mau nerkam aku hidup-hidup nggak sih?"
Vanny membuang kapas tonernya. Beralih pada serum vitamin C yang ia oleskan secara merata di seluruh sisi wajah. Pada saat itu pikirannya kembali melayang. Dan ia yakin kalau ia tidak salah merasa. Memang seperti itulah cara Sekar menatap dirinya tadi.
"Ih!"
Kembali bergidik, Vanny bergegas menuntaskan rutinitas malamnya. Langsung bangkit meninggalkan meja rias dan menyelinap ke balik selimut. Sebisa mungkin ia berusaha memejamkan mata. Ia harus tidur cepat agar tidak bangun kesiangan lantaran satu pertanyaan yang melintas di benaknya.
Harus sampe di rumah Haris jam setengah tujuh pagi, terus aku pergi dari sini jam berapa?
*
Keesokan harinya Vanny bangun dan bersiap lebih cepat dari biasanya. Sungguh ia tidak ingin mengubah delikan tajam Sekar menjadi sabetan laser seperti di film-film bergenre scifi itu. Ia tidak ingin mengambil risiko.
Menyelesaikan sarapannya yang terburu, Vanny pun tak lupa memesan ojol. Pilihan yang tepat untuk bisa sampai tepat waktu di pagi hari. Karena hidup selama dua puluh sembilan tahun di dunia ini sudah mengajarkan Vanny sesuatu yang penting. Bahwa tukang ojol adalah penguasa jalan raya. Yang ahli menemukan jalan tikus dan mampu menyelinap di antara padatnya kendaraan. Dan alhasil bukan hal yang mengejutkan bila Vanny tiba tepat waktu di rumah Haris.
Kedatangan Vanny disambut oleh Haris. Cowok itu muncul tepat ketika kaki Vanny menginjak undakan tangga terakhir di pelataran rumah. Senyum yang mengembang di wajahnya membuat Vanny ragu.
"Kamu masih sakit atau udah sehat?"
Haris mencibir sekilas. Ketika Vanny menghampirinya, ia menjawab. "Masih sakit. Nih kalau nggak percaya pegang aja dahi aku."
Vanny melakukannya. Dan jemarinya merasakan samar hangat di sana. Haris tidak berbohong.
"Kalau tau masih sakit ..."
Vanny menghela napas panjang seraya memperbaiki letak tas kerjanya. Lumayan merepotkan ketika ada tas laptop yang turut ia tenteng di tangan lainnya.
"... harusnya kamu diem aja di dalam. Ngapain keluar?"
"Buat nyambut kedatangan kamu," jawab Haris langsung tanpa memedulikan percik kaget di mata Vanny. Ia meraih tangan Vanny, tak menghiraukan penolakan yang ia dapatkan. Alih-alih mengajaknya beranjak dari sana. "Ayo ke dalam. Kita sarapan bareng. Mama dan Papa udah nungguin di dalam."
What?
Kaki Vanny otomatis berhenti bergerak. Seperti ada rem pakem di telapak kakinya, tubuh Vanny seketika bergeming. Haris menoleh.
"Kenapa?"
Tubuh Vanny gemetaran. "T-tadi kamu ngomong apa? Sarapan bareng?" tanyanya terbata, sekilas Vanny pun meneguk ludah. "Dengan Mama dan Papa kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ex Who Trapped Me 🔞 "FIN"
RomanceMendapat pekerjaan sekaligus bertemu mantan pacar? O oh! Vanny tidak pernah berharap hal itu terjadi dalam skenario hidupnya. Bagi Vanny mantan pacar adalah spesies yang seharusnya punah dari peradaban manusia. Sementara bagi Haris lain lagi. Menuru...