"Van? Kamu nggak makan? Itu paha ayam kalau bukan karena udah digeprek, udah pasti lari-lari dari tadi. Kelamaan kamu anggurin sih."
Vanny terkekeh kaku. Melihat pada piringnya yang nyaris bisa dibilang tidak benar-benar ia sentuh. Dan sindiran Esti benar-benar tepat sasaran.
"Atau kalau kamu nggak mau makan," ujar Esti seraya melirik piring Vanny. "Aku terima sedekah kok."
Karena Esti begitu kelaparan. Dan itu bukan hal yang aneh. Tidak perlu dipertanyakan lagi. Untuk mereka yang pernah menghadapi masa-masa kritis seperti yang Esti alami tadi pasti mengerti. Berbohong demi hidup mati benar-benar menguras energi.
"S-sebenarnya aku tadi memang sudah makan sih."
Vanny menyodorkan piringnya pada Esti. Bukan kebohongan, tapi yang Vanny katakan memang jujur. Toh tadi ia memang sudah makan malam. Tepatnya dengan Sekar.
"Jadi udah kenyang juga. Kalau kamu mau ... abisin aja."
Secepat kilat Esti menyambut piring itu. Menerimanya dengan suka cita. Tanpa basa-basi ia pun langsung melahapnya. Tanpa peduli bahwa berkat kebohongan yang sudah ia dan Haris lakukan, Vanny menjadi tidak tenang sekarang.
H-Haris udah beli gaun pengantin? Buat aku?
Ya Tuhan. Sekarang Vanny yakin bahwa keputusannya untuk bertemu dengan Esti malam itu adalah keputusan yang buruk. Dari yang niatnya ingin menuntaskan rasa penasaran soal pembicaraan Esti dan Haris, eh ... yang terjadi justru ia semakin dibuat penasaran soal gaun pengantin.
"Argh!"
Di kamar, mencoba tidur dari sejam yang lalu, Vanny makin frustrasi. Bayangan Haris dan gaun pengantin berputar-putar di benaknya.
"Aku mau tidur. Aku udah ngantuk. Besok aku harus kerja."
Mengganti posisi tidur, mengatur laju pernapasan, hingga memutar instrumen musik, semuanya sudah Vanny lakukan. Tapi, semua itu tidak berhasil membuatnya tidur. Yang terjadi malah sebaliknya. Pikirannya semakin aktif bekerja dengan bayangan kemungkinan yang tidak mampu ia bendung.
Vanny dan Haris dalam balutan pakaian pengantin? Ya ampun. Rasa-rasanya Vanny sudah mengalami mimpi buruk bahkan sebelum ia tidur.
*
Haris mengulum senyum mendapati pesan Esti pagi itu. Tepat setelah ia duduk di balik meja kerjanya.
[ Esti ]
[ Semua udah beres, Ris. ]
[ Astaga. ]
[ Sepertinya malaikat maut belum mau nemui kita. ]
Haris terkekeh. Lega memenuhi dadanya. Bahkan sekarang rasanya Haris bisa terbang melayang-layang ke udara saking merasa leganya.
Akhirnya. Aku nggak jadi mampus dalam waktu dekat. Plus ... aku udah beli gaun pengantin buat Vanny. Sebagai bukti. Kalau aku serius mau nikahin dia.
"Hahahahaha."
Saking senangnya, Haris pun tertawa. Tidak menyadari bahwa ada Astrid yang masuk ke ruangan dan geleng-geleng melihat kelakuan bosnya itu.
"Pak."
Tawa Haris berhenti. Ia dengan segera menegapkan posisi duduknya. Masih tersisa geli, Haris pun tampak cengar-cengir.
"Eh, Ibu," ujar Haris. "Ada apa?"
Tentu saja Astrid menemui Haris karena masalah pekerjaan. Maka untuk sesaat Haris terpaksa harus serius. Melupakan sejenak kejadian lucu-lucu tegangnya mengenai gaun pengantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ex Who Trapped Me 🔞 "FIN"
RomanceMendapat pekerjaan sekaligus bertemu mantan pacar? O oh! Vanny tidak pernah berharap hal itu terjadi dalam skenario hidupnya. Bagi Vanny mantan pacar adalah spesies yang seharusnya punah dari peradaban manusia. Sementara bagi Haris lain lagi. Menuru...