1. Pengen Bikin Kosan

585 55 1
                                    

TEU-HA!




"Koko udah mau berangkat lagi? Kali ini berapa hari, Ko?" 

Pertanyaan dengan nada datar itu membuat Lucas yang sedang sibuk mengancingi jasnya terdiam. Ia menoleh, mendapati adik semata wayangnya di bagian teratas tangga dengan masih berwajah bantal.

"Iya. Koko kurang lebih seminggu di Kalimantan. Ada yang gak beres sama perhitungan pembayarannya. Bisa jadi ada yang korupsi di perusahaan Papa," jelas Lucas. Wajahnya tampak cukup lelah.

Alena menuruni tiap anak tangga perlahan. Ia mengembus napasnya kasar. "Udah setahun semenjak kepergian Papa sama Mama, tapi masih ada aja yang bikin masalah di perusahaan. Kenapa banyak yang suka memancing di air yang keruh sih, Ko?"

Lucas terkekeh, "Tapi, semua bisa diberesin, 'kan? Masalah bakalan selalu datang silih berganti. Kita, manusia, hanya perlu menyelesaikannya."

Alena tampak menahan tawanya. "Koko ngomong serius kaya gitu tuh gak cocok banget. Jelek. Biasanya bobrok juga, suka minta digaplok," ledeknya.

"Semerdeka kamu aja dah, Len. Koko berangkat, ya. Bye!" pamit Lucas sambil membawa tas laptopnya.

"Hati-hati, ya, Ko!"

Lucas tiba-tiba berhenti di palang pintu. Ia menoleh kembali pada Alena. "Kamu gak mau nitip apa-apa, Len?"

"Nitip Koko pulang ke rumah dengan selamat aja. Hehe." Alena melambaikan tangannya dengan senyum lebar.

Lucas balas tersenyum. Ia turut melambaikan tangan. Beberapa menit setelahnya, terdengar deru mesin mobil juga gerbang yang terbuka. Begitu suara mobil tersebut menjauh, gerbang kembali ditutup oleh satpam rumah mereka.

Senyum Alena luntur seketika. "Lagi-lagi sendirian. Gue mau ngapain lagi, ya? Eh, astaga! Deadline ngirim naskah bukannya hari ini?! Wah, editor gue pasti lagi ngamuk-ngamuk. Lebih baik gue selesain secepatnya."

Alena berlari ke kamarnya di lantai dua. Segera berkutat dengan laptopnya. Tak lupa ditemani secangkir kopi yang ia seduh sebelumnya, tanpa ingat untuk sarapan. Kaya kebiasaan yang baca, tau-tau nanti kena magg baru tau rasa.

"Selesai!" soraknya sambil mengempas punggung pada sandaran kursi. Matanya terpejam lelah. Meskipun sempat diomeli editor-nya, Alena hanya dapat terkekeh sambil meminta maaf.

Baru saja akan tertidur, rasa sakit di perut bawah bagian kiri membuat Alena mengaduh. Matanya membuka, menatap jam yang menunjukkan pukul dua siang. Sudah enam jam ia berkutat dengan laptopnya.

Alena menepuk jidatnya. "Astaga, gue belum sarapan sama makan siang!"

Dengan langkah tertatih, ia menghampiri nakas di sebelah tempat tidur. Membuka salah satu lacinya, dan mengeluarkan sebutir obat magg. Tanpa pikir panjang, ia menenggak obat itu, lalu mendorongnya dengan air putih.

"Alena bego! Bisa-bisanya kelupaan buat makan." Alena duduk pada pinggir kasur, mengeluarkan HP-nya dari kantong celana, lalu menggulir layarnya pada aplikasi ojek online.

Setelah memesan makanan, Alena justru bengong. Merasakan sepi yang teramat di dalam rumah yang luasnya tidak main-main. Perlahan ia merebahkan dirinya.

"Apa ini rumah gue bikin kosan aja? Beberapa ruangan yang gak penting tinggal diubah aja jadi kamar. Tapi, gue gak rela juga rumah Papa Mama diubah-ubah," monolog Alena.

Setelah bermenit-menit Alena berperang dengan pikirannya, ada suara dari seseorang yang sudah ditunggu-tunggu.

"Permisi, Gopud!"

Alena langsung sumringah.

🏡🏡🏡

"Iya, Ko. Menurut Koko gimana? Atau kita harus bikin rumah lagi di halaman belakang?" tanya Alena sambil mengunyah telor ceplok.

𝙆𝙤𝙨𝙖𝙣 𝘼𝙡𝙚𝙣 || 𝙏𝙧𝙚𝙖𝙨𝙪𝙧𝙚『√』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang