7. Yey, Kosan Penuh!

348 50 3
                                    

TEU-HA!



Alena merebahkan diri di tempat tidurnya. Tenaganya terasa terkuras ketemu terlalu banyak orang. Para penghuni yang baru datang udah pada bayar uang muka. Ada yang langsung bayar, ada yang transfer. Pada bayar rata-rata buat sebulan sampai tiga bulan.

Hyunsuk doang yang bayar langsung buat setahun. Padahal Alena gak yakin crazy rich nyasar itu bakal menetap di kosannya selama setahun.

"Sisa empat kamar lagi, ya. Eh, kata si Jamet, Jeongwoo bakal ikut ngekos di sini. Sisa tiga berarti. Uangnya buat apa, ya? Simpen aja atau check out di Copi?" gumam Alena. Matanya menatap langit-langit kamar.

Lelah cuma tidur-tiduran nahan laper, tungkai Alena melangkah ke kamar orang tuanya. Aroma kayu manis juga vanilla merasuki indranya. Aroma khas orang tuanya membuat Alena menahan air mata. Terkadang, rindu itu muncul begitu saja di saat Alena sendirian.

"Semoga ini keputusan yang tepat, Ma, Pa. Alena ... cuma gak mau kesepian di sini. Semoga trauma Alen juga perlahan hilang. Bantuin Alen, ya. Alen sayang kalian," lirihnya. Ia terduduk di sebelah ranjang, melipat tangan untuk menumpu kepalanya yang semakin terasa berat di atas kasur.




Selesai mengatakan yang ia perlukan, Alena menutup perlahan kamar orang tuanya, tak ingin berlarut dalam kesedihan tanpa garis usai. Menghela napasnya kasar, lalu menghapus sisa air mata yang lolos dari penjagaan Alena.

"Alen?"

Alena menoleh kaget. "Kak Ochi, ngagetin aja."

Yoshi menepuk pundak Alena. "Makan, yuk! Kakak bawa pecel ayam. Suka, gak?"

"Suka aja. Ko Ucas udah pulang?" Alena tersenyum tipis mendapati gelengan Yoshi. Kalau udah gak ada kabar begini, Lucas kemungkinan gak akan pulang sampai dua atau tiga hari ke depan. "Mau makan bareng, Kak?"

"Iya, ayo! Nanti kita biasain makan bareng sama temen-temen di kosan, gimana?" Yoshi melirik Alena yang berjalan di sampingnya.

Mata Alena berbinar. "Boleh! Boleh banget malah! Nanti kita diskusi giliran masak. Tapi, nunggu kosan penuh dulu." Yoshi tersenyum menanggapi.

🏡🏡🏡

Ini udah nyaris seminggu sejak terakhir Alena kedatangan penghuni kosan yang baru. Alena kira bakalan banyak yang mau ngekos, ternyata gak juga.

"Udah Jumat. Jeongwoo gak jadi pindah? Terus, gak ada lagi gitu yang mau ngekos?" gerutu Alena.

Dia lagi duduk-duduk di kursi malas balkon kamar sambil ngetik cerita selanjutnya. Dari pagi sampai sore gak pindah tempat, marathon nulis. Udah ditagih Mas editor soalnya.

Katanya, "Kalau saya tinggal di sebelah rumah kamu, udah saya samperin kamu ke rumah buat nagih bab baru cerita kamu!"

Serem. Alena bergidik. Gak kebayang editor-nya yang super galak itu jadi tetangganya.

"Hish. Amit-amit."


"Mas, turun Mas!!" teriak Pak Asep. Alena langsung noleh ke arah pagar.

"Buset, apaan tuh? Woi! Turun!" Alena segera berlari turun ke arah pagar.

Seorang laki-laki bermasker tampak memanjat pagar rumah Alena dengan wajah yang panik. Dua ekor anjing doberman menyalak dari bawah kakinya.

Alena membuka pagar dan mengusir dua anjing yang terus menggonggong di depannya. "Tatang, Bambang! Berisik kalian. Balik, gak! Mau gue sate lu pada, hah?!"

Dua anjing itu langsung kena mental. Takut-takut mereka berlari pergi dari rumah Alena. Trauma bola mainan mereka pernah hancur berantakan gara-gara pas main gak sengaja masuk rumah Alena. Alena yang kesel karena Bambang dan Tatang berisik depan rumah, akhirnya mecahin bola karet mereka dengan cara dia gigit.

𝙆𝙤𝙨𝙖𝙣 𝘼𝙡𝙚𝙣 || 𝙏𝙧𝙚𝙖𝙨𝙪𝙧𝙚『√』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang