45. Arrived

224 42 8
                                    

TEU-HA!









"Jauh banget! Gimana caranya kita nyusulin?" Jeongwoo gigitin jarinya, sampai kena tegur Mashiho.

"Gue gak ada uang sebanyak itu buat terbang ke Sydney," keluh Jaehyuk. Beberapa persona di sana juga setuju.

Jihoon gak dapat izin orang tuanya buat bertindak sendiri. Yoshi sama Junkyu baru aja bayar uang semesteran. Udah gitu, Asahi dilarang habis-habisan supaya gak ikut campur. Doyoung juga Junghwan gak punya uang sebanyak itu. Dua titan juga gak bisa kasih tau ke orang tua mereka kalau mereka nyaris aja mati, 'kan?

Hyunsuk menghela napas. Dia gak mungkin bayarin tiket pesawat buat anak-anak yang lain. Uang dia gak memadai untuk saat ini.

"Jadi, maksud lu, selama ini kalung Alena ada GPS-nya, Bang?" Junkyu melipat tangan, bersandar pada sandaran sofa.

"Iya. Gue sengaja beliin, takut ada hal kaya gi--"

"Terus, kenapa gak dari awal lu ngasih tau dia ada di mana?!" sentak Jihoon. Mukanya yang ditempelin perban sama luka memar bikin tambah serem.

Hyunsuk menahan napas sejenak. Kaget banget disentak Jihoon. "J-jadi, gue gak dapat sinyal dari kalungnya. Baru tadi banget ada lagi. Gue rasa karena naik pesawat, makanya sinyalnya hilang."

Yoshi menggigit bibir bawahnya. "Ini udah mau 8 jam. Kita mau gimana? Nungguin info dari polisi kaya yang mereka bilang?"

"Polisi juga butuh waktu lama buat minta tolong ke negara lain, 'kan? Kita gak mungkin diam aja kaya gini, Bang." Junghwan angkat bicara. "Kasus Koko Lucas juga gak semudah itu selesai, orangnya masih belum sadar. Bang Echan juga."

Helaan napas bersahutan.

Mashiho termenung. Pikirannya penuh dengan pertanyaan; Apa aku harus kembali?

"Gue pergi dulu," pamit Hyunsuk membuka pintu ruang rawat Mashiho, berpapasan dengan Yedam yang baru akan masuk.

"Mau ke mana, Bang?" tanya Yedam.

"Ada urusan. Gue gak akan hilang tiba-tiba kaya lu kok," jawab Hyunsuk menepuk bahu yang lebih muda.

Yedam mengangguk, lantas duduk di sebelah Junkyu. "Gimana? Ada perkembangan apa?"

"Alena di Aussie," sahut Asahi lagi ngelus rambut Doyoung yang kelihatan ngantuk banget di pundak dia.

"KOK BISA?!"

Asahi menggeleng, ikut rebahin kepala di atas kepala Doyoung yang udah tidur. "Gak paham." Lama-lama pundak dia yang satunya ikutan berat. "Jae, jangan senderan ke gue."

Jaehyuk langsung natap Asahi melas. Ujung-ujungnya Asahi ngalah. Tidur mereka bertiga di sofa.

"Woo, Haru ke mana?" tanya Mashiho nepuk-nepuk tangan Jeongwoo yang dia genggam biar gak gigitin jari lagi.

Jeongwoo menggeleng. "Habis tangannya dijahit, sama diinterogasi, dia langsung pergi. Bawa motor sendiri, gue ditinggal," adunya.

Mata Mashiho membola. "Dengan keadaan luka masih basah?!"

Mengangguk, Jeongwoo melanjutkan, "Ngeyel banget emang."

"Semoga dia gak nabrak."

Jeongwoo melirik Mashiho yang mulai tiduran. "Kak," panggilnya membuat Mashiho menoleh, "gue tidur di samping Kak Cio boleh?"

Mashiho mengangguk, lalu bergeser memberi tempat untuk pemuda berbahu lebar itu. "Tidur, Woo. Pasti capek banget hari ini."

Baru mau mengarungi alam mimpi, pintu ruangan lagi-lagi dibuka. Hyunsuk masuk dengan ekspresi yang tak bisa ditebak.

𝙆𝙤𝙨𝙖𝙣 𝘼𝙡𝙚𝙣 || 𝙏𝙧𝙚𝙖𝙨𝙪𝙧𝙚『√』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang