TEU-HA!
"Jangan pergi, Alena."
Aku terhenti. Suara itu ... aku mengenalnya. Tapi, siapa?
"Tolong jangan tinggalin kita."
"Kembali, Alen."
"Please stay with us."
"Jangan mati dulu."
"Jangan biarinin Koko sendiri, Alena."
Mama mengusap pipiku yang ternyata mulai basah. Senyumnya mengalihkanku dalam sekejap. Lembut jemarinya membuatku menutup mata.
Seketika semua ingatan muncul begitu saja, saling bersahutan memenuhi kepalaku. Mulai dari kedatangan mereka, masalah yang kami lalui dan pecahkan bersama, tawa dan sedih yang kami rasakan, hingga seberapa besar usaha mereka menyelamatkanku tempo hari.
Juga Ko Ucas yang selalu menjagaku setelah kehilangan Papa dan Mama.
Aku ... tidak mungkin menyia-nyiakan semua itu, 'kan?
"Kembalilah, Alena. Mereka menunggu kamu pulang di sana. Belum waktunya kamu ikut Mama. Pulanglah."
"Kita bisa bertemu lagi lain kali. Kita akan selalu menunggu kamu, ya?"
Aku tersenyum, lalu mengangguk cepat. Segera memeluk juga mencium pipi mereka. "Alena sayang kalian."
"Papa dan Mama juga sayang Alena dan Ko Ucas. Selalu dan selamanya."
Alena membuka matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit ruang rawatnya yang cukup gelap hingga beberapa kali ia harus menyesuaikan mata dengan pencahayaan ruangan.
"Ini kamar rumah sakit atau kamar mayat?" gumamnya berusaha duduk, mengiraukan pusing yang mendera. "Kok gue ringan banget kayanya? Tadi gue habis kenapa, ya?"
Merasa ada yang aneh di belakangnya, Alena menoleh.
"KOK GUE ADA DI SITU?!" teriaknya nyaring. Apa yang ada di belakangnya membuat ia merinding.
Bagaimana tidak? Hal yang ia lihat adalah dirinya sendiri yang masih tertidur nyenyak dengan masker oksigen menutup sebagian wajahnya.
"Wah? Gue jadi hantu?!" Alena menepuk pipinya beberapa kali hingga sakit sendiri. "Tunggu, jadi gue masih hidup atau udah mati?" Masih memerhatikan kedua tangannya, ia akhirnya sadar kalau ia tidak sendiri di ruangan yang termaram itu.
Surai hitam yang tertunduk lesu menggenggam lemah tangan-"nya" dalam tidur yang nampak tak nyaman menelungkup di atas tempat tidurnya.
"Koko ...." Alena berusaha menyentuh Lucas, namun tangannya tembus begitu saja. "Ah, iya. Gue cuma arwah sekarang. Gimana caranya gue bisa balik ke tubuh gue? Apa gue coba tidur?"
Alena menidurkan dirinya. Menunggu beberapa saat, ia kembali duduk, tapi nihil. Ia tetap melihat tubuhnya terbaring tenang di belakang.
Menghela napas, Alena turun dari tempat tidurnya, menghampiri persona lain yang ternyata tertidur juga di sofa dengan posisi agak lain. "Kak Jae, apa gak pegal tidur kaya gitu?" tanyanya.
Alena berjalan lagi ke jendela ruang rawatnya. Melihat langit malam sebentar, lalu ke arah jalanan sepi. Hanya ada satu atau dua motor yang berlalu-lalang. Sampai netranya menangkap seseorang bertudung dan memakai masker tengah menatap ruang rawatnya di samping motor.
"Itu siapa? Kok lihatnya gitu banget?" Alena bergidik ngeri. Tapi, begitu orang tersebut membuka tudung untuk memakai helmnya, mata Alena membola. "Kak Cio!" Ia mengetuk jendela brutal begitu Mashiho menancap gas motornya dan pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙆𝙤𝙨𝙖𝙣 𝘼𝙡𝙚𝙣 || 𝙏𝙧𝙚𝙖𝙨𝙪𝙧𝙚『√』
Fanfictionft. Ahn Yujin, Takata Mashiho, and Bang Yedam ⚠️JANGAN COPAS! R16+ (harsh words, family issues, violence) Tentang Alena bersama 12 bujang ajaib penghuni kosannya. . . . "Nyesel gue bikin kosan kalau ternyata isinya bebegig sawah semua! Stres!!" -Ale...