TEU-HA!
Makasih buat yang masih baca :')
Sesuai arahan Jihoon, Alena menunduk dari awal motor dijalankan sampai ke café yang dimaksud. Agak pegal sebenarnya, tapi Alena masih bisa mentoleransinya.
Merenggangkan lehernya sedikit, Alena segera melepas helm, dan menyerahkannya pada Jihoon. "Makasih." Ia kembali menunduk, merasa sekitarnya masih cukup ramai.
Jihoon menarik sweater Alena, menuntunnya untuk memasuki cafe setelah membuka kunci pintu masuk.
"Pilih aja mau duduk di mana. Gue nyalain lampu sama alat-alatnya dulu," ucapnya kembali menutup pintu, "gak usah nunduk lagi. Ngegelinding lama-lama kepala lu lepas dari leher."
Alena segera mendongak. Ia melepas kacamata hitam serta maskernya. "Ah, lega banget."
Ia berputar, mengamati cafe yang jendela dan pintunya ditutupi tirai. Menemukan tempat duduk yang sekiranya nyaman, Alena segera bersandar.
"Cantik juga tempatnya. Nyaman."
Jihoon keluar dari ruang ganti karyawan mengenakan apron cokelatnya di luar kaos putih. "Cokelat panasnya satu ya, Mbak? Mohon tunggu sebentar," canda Jihoon.
Alena jadi ikut tertawa. Sesekali ia akan menatap Jihoon yang telaten membuat cokelat panas juga secangkir cappuccino. Tempat duduknya yang berada dekat dengan pantry, membuatnya leluasa mengamati setiap pergerakan Jihoon.
Cie, iri ya? Sama kok. -Dee
"Selesai!" Jihoon melepas apronnya, lalu membawa dua gelas berbeda ukuran itu ke meja di hadapan Alena. "Minumnya pelan-pelan, masih panas."
"Gue juga tau kali!"
"Siapa tau lu mau debus minum air panas," kelakar Jihoon acuh. Ia duduk di hadapan Alena, lalu menyesap kopinya. "Ini namanya peduli, bukan kasihan."
Alena memfokuskan pandangannya pada Jihoon setelah turut menyesap minumnya. "Kenapa lu mau repot-repot bawa gue ke sini? Barang lu yang ketinggalan udah diambil, Bang?"
"Udah gue ambil di ruang karyawan tadi," balas Jihoon, "gue gak repot bawa lu ke sini. Santai aja."
"Gue nanya kenapa, Bang."
Jihoon menurunkan cangkirnya. "Karena gue mau dan gue peduli. Terjawab?" sinisnya.
"Lu baru kenal gue beberapa hari. Kok bisa langsung peduli?" Alena mengetukkan jarinya pada cangkir.
"Nanya lagi, gue terbangin ini meja ke kepala lu, Len," ancam Jihoon. Ia mulai malas meladeni segala pertanyaan Alena yang menurutnya gak penting dan gak perlu dijawab. Biar aja Alena pikir sendiri.
"Galak," bisik Alena kembali menyesap cokelat panasnya.
Alena kangen banget jalan-jalan begini walau cuma nongkrong di café. Udah lama banget rasanya.
"Makasih, Bang Ji. Gue berhutang budi banget sama lu," papar Alena begitu mereka dalam perjalanan pulang. Alena mulai memberanikan diri mengangkat kepalanya.
Jihoon mengangguk. "Makanya, jangan di rumah mulu, lumutan lu lama-lama." Seperti biasa, jawaban Jihoon pasti julid.
Alena mendengkus. Ia melihat lalu lintas yang cukup ramai. Lampu-lampu jalan mulai dinyalakan karena hari mulai gelap. Memasuki perumahan, Alena mengembuskan napas. Ia masih ingin pergi, tapi tak ada tempat yang bisa dituju.
"Makanya, jangan ngerasa takut terus. Ketakutan itu bikin lu gak bisa maju. Kalau lu bisa mengalahkan ketakutan lu, lu baru bakalan sadar kalau ternyata ketakutan lu itu gak bisa dipercaya," pesan Jihoon.
"Bijak juga lu, Bang."
"Itu kata Elsa di Frozen sih."
"Yeh."
"Tapi ys, lu gak akan tau sebelum lu mencoba. Jadi, terobos ajalah!"
Alena jadi ngakak sendiri, Jihoon cuma ketawa kecil denger ketawa Alena yang nyaring banget.
Begitu hampir sampai rumah, Alena melihat Jeongwoo dan Junghwan yang berjalan di samping Doyoung dan Yedam yang lagi nuntun sepeda.
"Bang Jihoon!" panggil Jeongwoo, matanya melirik Alena bingung. Dia gak bisa lihat mukanya, jadi gak tahu itu siapa.
Jihoon memberhentikan motornya di samping mereka. "Abis belanja? Gue aja yang bawa sama Alena."
Serentak mereka mendelik pada Alena.
"Kok bisa?" Itu Doyoung yang masih mangap gak percaya.
"Gak usah nanya-nanya. Mau gue bawain gak belanjaannya?" Jihoon mengulurkan tangannya meminta tas belanja isi roti tawar, telur, dan beberapa barang lainnya. "Gue duluan."
Mereka berempat hanya mengangguk sambil membalas lambaian tangan Alena. Sejenak, Alena menoleh. "Junghwan, Kakak bawain kamu donat kopi!"
Junghwan sumringah. "YEY! MAKASIH, KAK!"
"Disogok apaan sama Bang Jihoon biar Alena mau keluar? Tadi aja dia marah sama Dobby karena ngajak belanja bareng," gumam Yedam.
Jeongwoo nyeletuk, "Mungkin Kak Doyoung masih kurang ilmu buayanya buat bisa ajak Kak Alena." Senyumnya lebar banget.
Doyoung menipiskan bibirnya. "Udah, ah. Ayok buruan, udah gelap. Kalian sih main gak inget waktu!" Doyoung menggeleng begitu mendapat cengiran Jeongwoo dan Junghwan.
🏡🏡🏡
See ya at the next part~
Published : 1 Febuari 2023
TEU-BA!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙆𝙤𝙨𝙖𝙣 𝘼𝙡𝙚𝙣 || 𝙏𝙧𝙚𝙖𝙨𝙪𝙧𝙚『√』
Fanfictionft. Ahn Yujin, Takata Mashiho, and Bang Yedam ⚠️JANGAN COPAS! R16+ (harsh words, family issues, violence) Tentang Alena bersama 12 bujang ajaib penghuni kosannya. . . . "Nyesel gue bikin kosan kalau ternyata isinya bebegig sawah semua! Stres!!" -Ale...