48. Is it over?

275 43 9
                                    

TEU-HA!







Mata Alena akhirnya mengerjap, namun ia langsung meringis ketika sakit di sekujur tubuhnya mulai terasa. "Dobby," panggilnya parau.

Persona yang mendekapnya tak merespon. Dengan pelan, Alena melepaskan diri dan membawa wajah Doyoung mendekat, lalu menepuk pipinya.

"Dobby!" Alena kalang kabut kala melihat telapak tangannya dipenuhi cairan kental merah. Ia melihat jendela di sebelah Doyoung, ada sisa cairan yang sama di sana.

Dobby kepentok jendela?! Duh, ke mana kotak P3K-nya?!

Suara erangan mengalihkan atensi Alena, Jaden yang berada di kursi depan memijit kepalanya. Airbag yang berfungsi baik membuat Jaden tak mendapat luka sedikit pun. Ia menoleh, mendapati Alena yang tanpa sadar mengeluarkan air mata. Jaden segera membuka seatbelt-nya, melompat ke belakang.

"Luna, u okay? Maaf, gue gak hati-hati," bisik Jaden memeluk kepala Alena dan mengecup keningnya, "stay here, jaga Prince, dan jangan keluar."

Alena mematung. "Hah?"

Jaden mengambil sesuatu di bawah kursinya, lalu membuka pintu mobil. Tangannya menggenggam erat revolver berkaliber 44. Salah satu rencana cadangan Mark kalau keadaan sudah terpojok.

Baru menyembulkan kepala, satu tembakan melesat, membuat Jaden kembali berlindung. "Luna, terus nunduk."

Alena mengangguk. "Be careful, Jade."

Jaden mengintip, lalu mendecak, "Gelap. Gak kelihatan." Ia mengacak-acak laci di kursi sebelahnya. Menemukan yang dicari, ia menyalakan senter itu, lalu mengambil napas, bersiap dengan senjatanya.

Jaden melempar senter itu ke arah mobil yang berada tak jauh di belakang mobilnya. Pintu sebelah pengemudi terbuka, seseorang sedang bersembunyi di baliknya. Mendapat penglihatan sepintas, Jaden langsung menarik pelatuknya. Seketika, suara tubuh terjatuh terdengar dari balik pintu mobil belakang mereka yang dibuka.

Perlahan, Jaden keluar dari mobil. Memastikan lawannya tak lagi menyerang, ia memungut senter yang tadi dilempar, lalu berjalan ke mobil yang sempat mengejar mereka. Ia mengembus napas, tubuh tak bernyawa di depan kekinya dengan luka tembak di pelipis membuat Jaden cukup lega juga menyesal.

"Maaf, Yoshi, gue bikin tangan lu kotor lagi." Jaden berbalik badan.

DOR

Mata Jaden membola, Alena yang kini memeluknya tampak meringis, membawa tubuh mereka jatuh menubruk sisi mobil.

Luna?!

Jaden langsung mengarahkan pistol lalu menembaknya ke siluet persona yang bersembunyi di belakang mobil. Ia meleset. "Luna! Hei, jawab!"

Alena menengadah, mengangkat jari telunjuk ke depan bibirnya. "Gak tembus, gue pakai rompi. Gue dari arah satunya, lu di sini. Oke?" tunjuk Alena pada bagasi mobil.

"Ah, lu emang susah dikasih tau," erang Jaden menggeser Alena, membawanya berlindung di depan pintu mobil yang dibuka. "Oke, tembak dari bawah sesuai aba-aba gue, gak perlu ke sana," bisiknya lagi.

"Oke!" Alena tiarap, mengarahkan pistol yang Junkyu beri ke arah kaki seseorang di seberangnya.

Jaden bersiap. Begitu pintu mobil ia tutup, Jaden berseru, "Tembak!"

Alena menarik pelatuk, persona yang bersembunyi langsung mengerang dan terjatuh begitu kakinya tertembak, maka Jaden yang berlari mendekat segera memukulnya dengan pistol hingga hilang kesadaran.

"Eh, kok pintu belakang kebuka?"

Suara hantaman juga tubuh yang terjatuh membuat Alena terbelalak.

"J-jaden?" Senter yang jatuh mengarah pada surai persona yang kehilangan kesadaran. Langkah kaki yang baru turun dari pintu belakang menuju Alena. Alena dengan gemetar menarik pelatuk. "Habis?!"

𝙆𝙤𝙨𝙖𝙣 𝘼𝙡𝙚𝙣 || 𝙏𝙧𝙚𝙖𝙨𝙪𝙧𝙚『√』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang