19. Jeongi dan Toto

317 51 1
                                    

TEU-HA!






Perasaan Alena lagi kacau senin siang ini. Bukan karena cinta-cintaan, kok! Duh, gak level banget Alena galau gara-gara cinta. Gak tau kalau nanti, ya. Hehe.

Intinya, dia galau aja, gak ada alasan khusus.

"Jeongwoo pulang!"

Alena mendongak setelah hampir sejam duduk membungkuk mengetik di laptop di teras rumah. Terdengar suara tulang yang bergemeletuk seiring Alena meluruskan punggungnya.

Ekspresi Jeongwoo langsung menahan ngilu. "Buset, lu gak gerak berapa tahun, Kak?" Dia geleng-geleng sambil nutup pagar rumah, memberikan gestur pada Pak Asep untuk tetap duduk di posnya.

"Habis dari mana? Gue gak liat lu keluar," tanya Alena yang sudah meletakkan laptop di meja.

Jeongwoo bukan habis pulang sekolah, dia disuruh istirahat sehari karena luka di kepalanya belum bener-bener kering. Lukanya gak besar, bocor itu cuma hiperbolanya Haruto aja.

"Habis beli chiki, minuman, cola, sama susu pisang di mini market depan," jawab Jeongwoo nunjukkin tas belanja di tangannya. Ia memilih duduk di kursi sebelah Alena. "Lu tadi lagi fokus, makanya gak ngeh."

"Oh. Cola sama susu pisang buat siapa? Gue kira lu gak terlalu suka dua minuman itu." Alena mencomot satu chiki yang udah Jeongwoo buka. Jeongwoo yang nawarin.

Jeongwoo menelan makanan di mulutnya. "Cola buat Toto, susu pisang buat Jae," jawabnya.

"Lu manggil Kak Jae pake nama doang? Gak pake 'Kak'?"

"Kadang-kadang. Soalnya gue udah kenal lumayan lama sama dia. Dari gue pertengahan SD kalau gak salah. Dia tetangga gue, pas gue baru pindah ke rumah Toto. Tapi, semenjak gue masuk SMA, Jaehyuk pindah rumah." Wajah Jeongwoo mulai sendu, senyumnya tampak dipaksakan.

Alena sadar. "Kenapa, Woo?"

Jeongwoo menoleh, ia berucap, "Gue mau cerita. Lu pasti penasaran kenapa gue bisa jadi saudara tiri Haruto, 'kan?"

"Iya," aku Alena.

"Mama gue meninggal dua tahun setelah gue lahir karena sakit. Empat tahun setelahnya, Papa nikah sama rekan bisnisnya yang punya nasib sama, suaminya meninggal pas anaknya masih tiga tahun," papar Jeongwoo.

"Dan orang yang nikah sama papa lu itu ... mamanya Haruto?" tebak Alena yang Jeongwoo angguki.

"Tepat. Haruto terima gue, gue juga terima mereka. Gue emang cuma lebih muda beberapa bulan dari dia, tapi gue anggap dia kakak, dan dia anggap gue adik. Semua baik-baik aja, sampai saat kita masuk SMA, Papa sama Mama sering banding-bandingin kita," lirih Jeongwoo.

Alena berdeham, menyamankan duduknya sambil kembali mengunyah chiki yang Jeongwoo sodorkan.

Jeongwoo melanjutkan, "Gue yang selalu dapat nilai tinggi di SMA selalu Papa banggain, berbanding sama Haruto yang nilai akademiknya rata-rata di SMK. Tapi, Mama selaku orang tua kandung Haruto, selalu banggain dia yang udah bisa punya uang sendiri, bahkan beli motor pakai duit gajiannya. Papa gak mau cuma Haruto yang punya motor, makanya Papa beliin motor yang sama buat gue.

Mama gak suka. Dia mulai bandingin gue yang belum kerja, sedangkan Toto udah. Mereka mulai sering berantem. Haruto akhirnya gak tahan, dia milih buat kabur dari rumah begitu Papa bilang dia gak punya masa depan cerah karena milih jadi anak teknik dan nyesel udah nikahin mamanya."

"Jadi kacau, ya? Padahal kalian punya kelebihan masing-masing. Tapi, yang mereka liat malah kekurangan kalian." Alena merengut tak suka.

Jeongwoo terkekeh, "Iya. Makanya gue ke sini buat perbaiki hubungan gue sama dia, Kak. Kebetulan banget Jaehyuk juga di sini. Orang tua gue juga tau kalau gue ngekos bareng Toto."

𝙆𝙤𝙨𝙖𝙣 𝘼𝙡𝙚𝙣 || 𝙏𝙧𝙚𝙖𝙨𝙪𝙧𝙚『√』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang