24. It's Okay

248 44 0
                                    

TEU-HA!



Lagi dan lagi Alena berada di kantor polisi. Tapi, kali ini ia bersama Doyoung. Mereka ditanyai macam-macam, termasuk Doyoung yang masih belum banyak bicara.

"Doy, lu mau makan?" Alena menawarkan sebungkus roti isi cokelat.

Persona yang ditawarkan menggeleng. Pandangan matanya kosong dengan jemari yang terus saling memilin kasar.

Mengembus napas, Alena meletakkan roti yang ia bawa di atas pangkuannya. Tangannya yang bebas bergerak memisahkan tangan Doyoung yang mulai memerah dan lecet.

"Kak Ochi pernah bilang, jangan sakitin diri sendiri. Pukul gue aja kalau lu mau luapin emosi," ucap Alena mengelus jemari Doyoung yang gemetar.

Doyoung hanya menggeleng lemah, ia menarik napas dan membuangnya pelan. Mencoba menenangkan pikiran juga fisiknya.

Derap langkah kaki bersahutan. Seorang wanita dengan rambut pendek sebahu tampak cemas dengan kemeja birunya. "Dobby!"

Wanita itu berlari memeluk Doyoung. Tangisnya pecah, bersamaan dengan liquid bening yang meluruh dari mata terpejam Doyoung.

"Maafin Tante karena gak tahu kalau Papa kamu nyusulin kamu ke sana. Kalau Tante tahu, pasti udah Tante larang," bisiknya parau. Ia menjauhkan diri dari Doyoung dan memilih duduk di sebelahnya. "Kamu diapain sama Andre? Bibir kamu berdarah?"

Doyoung mengangguk. Tak sepatah kata pun ia lontarkan begitu tangan wanita itu mengelus ujung bibirnya yang membiru.

"Eh, iya, kamu temannya Dobby?" tanya si wanita pada Alena.

"Iya, juga yang punya kosan tempat Doyoung tinggal. Tante siapanya Doyoung?" Alena memakan rotinya kembali.

"Saya Queenie, tante serta saudari kembar almarhumah mamanya Dobby. Maaf, ya, saya tidak bisa menahan Andre untuk pergi." Tangan satunya yang bebas ia gunakan untuk mengelus lutut Alena.

Alena membeo, "Almarhumah?"

Queenie mengangguk. "Ada masa lalu yang bukan hak saya untuk menceritakan," ucapnya, "Dobby mau ikut Tante pulang?"

"Gak, Tante. Dobby ke kosan aja," sahutnya.

"Kenapa?"

"Gak mau repotin Tante."

Queenie menggeleng lesu. "Tante harus bilang berapa kali kalau kamu gak pernah repotin Tante? Quinza sudah titipin kamu ke Tante. Jadi, kamu tanggung jawab Tante, Dobby."

Doyoung melihat Queenie dengan mata berkaca-kaca. "Tante terlalu mirip sama Mama."

Tenggorokan Queenie tercekat. Ini kali kedua Doyoung mengutarakan kalimat itu. Pertama kali adalah saat Doyoung memilih untuk pergi dari rumahnya.

"Dobby mau di kos aja. Gak sendirian, kok," tambahnya dengan senyum.

Suara pintu yang terbuka, membuat atensi mereka teralihkan. Andre di sana, tengah menatap tajam Alena dan Doyoung. Namun, begitu matanya mengarah pada Queenie, pandangannya melembut.

Queenie berdiri, berjalan tegap pada Andre dan menamparnya telak. "Kalau bukan karena permintaan Quinza, kamu sudah saya penjarakan sedari dulu," geramnya sebelum mengajak Doyoung dan Alena pergi.

Andre hanya dapat mematung menatapi mereka yang akhirnya menghilang di balik tembok.

Alena menyamai langkah Queenie yang lebar dan cepat. "Memangnya kenapa gak dipenjarain dari dulu, Tante?"

"Quinza yang meminta. Sial, apa sih yang dia lihat dari lelaki gak sayang anak kaya Andre?" desisnya, "Dobby, kalau dia datang lagi, segera lapor Tante. Oke?"

𝙆𝙤𝙨𝙖𝙣 𝘼𝙡𝙚𝙣 || 𝙏𝙧𝙚𝙖𝙨𝙪𝙧𝙚『√』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang