40. Bisa, 'kan?

192 43 2
                                    

TEU-HA!






Wajah Alena udah sepet banget. Di depannya ada mamanya Jihoon. Mana mukanya sombong, julid, menyebalkan intinya. Alena udah mau ngusir aja kalau gak ingat dia itu orang tua.

"Saya masih tidak melihat Jihoon di rumah saya," ujar wanita berbalut blus putih.

"Ya iya, orang masih tinggal di sini," sahut Alena. Masa bodoh lah mau dikatain gak sopan juga.

Bella--begitu ia memperkenalkan dirinya--berusaha tetap sabar menghadapi remaja di hadapannya. "Bukankah saya minta kamu untuk usir dia?"

"Memang. Tapi, kalau saya gak mau, bagaimana?"

Jujur, Alena sebenarnya ketar-ketir. Di kosan cuma ada dia sendiri karena ini hari Selasa, Hyunsuk juga tumben lagi pergi. Tapi, dia udah kabarin Hyunsuk, sih.

Helaan napas berat Bella keluarkan. "Saya cuma mau yang terbaik bagi Jihoon. Seratus juta masih kurang untuk kamu?"

Alena langsung menahan tawa. "Dengan memiliki rumah sebesar ini, apa menurut Tante itu sebanding?"

Bella terhenyak. "Lantas, berapa yang kamu mau?"

Menggeleng, Alena berdiri begitu matanya menangkap notif di HP. "Saya gak butuh uang, uang saya udah banyak. Lebih baik Tante ikut saya."

"Ke mana?"

"Ke mana aja boleh, yang penting oke." Alena keluar rumah lebih dulu, lalu menutup pintunya begitu Bella juga sudah di luar. "Tante sama sopir, 'kan? Saya ikut mobil Tante aja, ya?"

Bella mengangguk, pergi lebih dulu menduduki kursi penumpang dan Alena duduk di sebelahnya. Mobil yang mereka tumpangi mulai berjalan mengikuti arahan Alena. Beberapa belokan, hingga Bella mulai menyadari ke mana mereka menuju.

"Bukannya ini jalan ke ...?"

Alena tersenyum. "Yes!"

"Untuk apa kita ke tempat ini?"

"Ya, buat ketemu Bang Paji. Mau ngapain lagi? Nyari kerja? Atau Tante mau ngopi? Boleh aja, sih." Alena mengangkat kedua bahu.

Bella mendengkus, "Saya tidak berminat."

"Ya udah, saya aja yang ngopi sama Pak Sopir. Ya, Pak?" tawar Alena yang tak digubris.

Bohong, Alena sebenarnya udah gak bisa minum kopi. Mungkin nanti minta dibuatkan cokelat panas.

Mereka sampai di Coffee's Treasure. Alena turun duluan, mendapati Hyunsuk dan Jihoon di salah satu meja. Memberi gestur kalau ia dan Bella harus turut masuk ke ruang manager.

"Ayo, Tante. Udah pernah datang, 'kan? Tuh, Bang Paji udah nungguin," tunjuk Alena dengan ibu jarinya.

Bella hanya diam mengikuti Alena masuk dan duduk berhadapan langsung dengan Jihoon; anak semata wayangnya yang duduk di meja kerja.

"Papa gak ikut?" tanya Jihoon berusaha tenang.

"Tidak. Papamu sibuk bertugas, dan sebenarnya Mama juga sibuk mengurus perusahaan yang harusnya diurus oleh anak Mama satu-satunya," jawab Bella dengan pandangan mata datar.

Jihoon mengeratkan kepalannya. "Kenapa harus?"

"Karena ini perusahaan keluarga! Kamu seharusnya paham, Jihoon!" Bella mulai meninggikan suaranya dan menggebrak meja.

"Harusnya Mama yang paham sama apa yang aku mau," geramnya meredam semua amarah yang siap meledak.

Alena dan Hyunsuk yang duduk di sofa cuma bisa terdiam mengamati. Takut-takut Jihoon akan mengamuk dan tidak bisa mengendalikan diri.

𝙆𝙤𝙨𝙖𝙣 𝘼𝙡𝙚𝙣 || 𝙏𝙧𝙚𝙖𝙨𝙪𝙧𝙚『√』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang