27. Bye, Kak Asa

259 50 5
                                    

TEU-HA!

Minal Aidzin Walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin! 🙏🙏




Asahi udah gak bisa ber-word-word. Wajah yang biasanya datar kini terlihat pias. Tangannya berkeringat dan sedikit gemetar menghadapi orang tuanya yang kini duduk di sofa ruang tamu kosan dengan ekspresi yang gak Asahi pahami.

"Sahi ... gak mau masuk?" ucap Arunika menahan liquid bening yang siap meluncur dari pelupuk matanya.

Menenteng helm sepeda Lucas, ia berjalan masuk tanpa sepatah kata pun.

"Duduk sini, Sahi." Kali ini, Bagas yang bersuara.

Asahi melirik ke sana ke mari karena tidak mendapati seorang pun di area lantai satu kosan. Kak Cio sama yang lain ke mana?

"Sahi?"

Suara berat papanya kembali menyadarkan persona yang dipanggil. Dengan langkah ragu, ia memilih sofa terjauh.

Perasaan Asahi jadi bertubrukkan. Antara ingin kabur berlari atau berdiri dan memeluk orang tua yang ia rindukan. Ia takut dimarahi karena memilih pergi dari rumah, tapi ia juga senang karena orang tuanya mengunjungi Asahi di sini.

Mengembus napas berat, Bagas kembali berucap, "Ke sini."

Asahi menahan semua gejolak di hati begitu ia berdiri di depan orang tuanya dan Bagas turut berdiri di hadapannya.

"Papa ... Sahi ...," bisik Asahi yang tak dapat dilanjutkan karena Bagas mendekap putra tunggalnya dengan erat.

"Kenapa kamu gak pernah bilang soal perasaan kamu? Kenapa kamu diam aja selama ini?"

Entah kenapa, rentetan pertanyaan dari Bagas membuat amarah Asahi memuncak. Ia mendorong Bagas hingga oleng dan terduduk di sofa.

"Buat apa aku ngomong soal perasaan aku kalau kalian gak pernah ada waktu buat aku?! Kalian pikir aja sendiri kenapa aku milih diam dan gak pernah cerita apa-apa sama kalian," geramnya dengan tangan mengepal.

Bagas juga ikut terpancing emosi. "Ya, kamu tinggal ngomong aja! Kenapa jadi drama nyari kosan?!"

Berdecih, Asahi memalingkan wajah. Mati-matian ia menahan agar tangisnya tidak pecah. "Drama katanya. Emang apa yang bakal terjadi kalau aku ngomong aku butuh perhatian?"

Orang tua Asahi terdiam mengamati putra mereka yang tampak kacau sendirian.

"Seharusnya kalian sadar. Dari kecil aku nyoba cari perhatian kalian. Mulai dari bikin gambar yang bagus, nyanyi, ikut lomba, bahkan bikin masalah. Tapi, apa? Ada kalian muji aku atau sekadar marahin aku? Kalian cuma sibuk sama diri kalian sendiri tanpa ingat kalau ada aku yang susah payah nyari perhatian dari kalian."

Memahami situasi semakin panas, Arunika kali ini yang menghadapi. "Mama ...."

"Apa? Mau nyalahin Asahi juga?" potong Asahi cepat membuat Arunika menggeleng.

"Mama minta maaf, Sahi. Maaf karena belum bisa jadi orang tua yang baik buat kamu." Arunika menunduk, membiarkan air matanya turun membasahi celana kainnya.

Deg.

Pernyataan dari Arunika justru membuat hati Asahi berdenyut sakit, merasa bersalah membuat persona yang melahirkannya menangis karena dirinya.

Arunika berdiri, memeluk Asahi sayang sambil mengelus punggung anaknya. "Maaf karena Mama cuma sibuk sama dunia Mama sendiri. Maaf karena Mama gak pernah perhatian. Mama menyesal, Sahi."

Asahi hanya mematung merasakan elusan di punggung dan kepalanya. Dalam beberapa detik, ia membalas rengkuhan mamanya dan menunduk, menyandarkan wajah pada bahu Arunika yang bergetar.

𝙆𝙤𝙨𝙖𝙣 𝘼𝙡𝙚𝙣 || 𝙏𝙧𝙚𝙖𝙨𝙪𝙧𝙚『√』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang