11. Rusuh, ye?

315 47 1
                                    

TEU-HA!

Selamat hari raya Imlek bagi yang merayakan!

Gong xi, gong xi. Angpao na laii?

Eheheheh





"Alena!"

Alena keselek cokelat koin di karpet ruang keluarga rumahnya. Hyunsuk yang bawain entah dari mana bagi-bagi satu tas sama anak kosan. Kayanya sih cokelat dari warung seberang perumahan. Selesai sama keseleknya karena Yedam udah kasih dia minum, Alena langsung natap kesal Yedam.

Yedam cuma nyengir, ikut duduk di karpet. "Maaf, gue bikin lu kaget."

Alena berdeham, "Kenapa?" Lanjut lagi ngunyah cokelatnya.

Dengan ragu Yedam buka suara. "Gue mau izin pasang peredam suara ruangan, boleh?"

Berpikir sejenak, Alena akhirnya mengangguk. "Pasang aja, tapi jangan rusak temboknya, bisa?"

"Bisa! Pakai lem, nanti kalau peredam gue lepas bisa gue cat ulang dindingnya. Makasih, Cantik!" Yedam nepuk kepala Alena dua kali. Dia berdiri, mau keluar.

"Iya." Alena nyantai aja, gak bisa digombalin sama buaya macam Yedam. Orang dia sering digituin sama Yoshi kok.

Yedam tiba-tiba balik badan. "Eh, dulu kita pernah satu sekolah, 'kan?"

"Iya. Baru sadar atau gimana?" balas Alena malas. Dia gak suka arah pembicaraannya.

Yedam menggaruk kepalanya kaku. "Gak juga. Gue ngerasa familiar aja sama muka lu. Kalo gak salah, lu temennya Felici--"

"Bukan! Gak usah sebut nama dia atau lu gue usir dari tempat ini!" teriak Alena. Matanya memerah menahan amarah. Pelupuk matanya sudah penuh dan terasa berat. "Jangan bahas tentang masa lalu sialan itu lagi," lirihnya.

Yedam mengatupkan bibir. "Maaf?"

Tak lama, Yoshi menerobos masuk mendengar seruan Alena. "Alena?" Segera ia menghampiri Alena dan memeluknya. "Jangan ditahan, nangis aja kalau kamu mau," bisiknya melihat Alena yang menggigit bibir menahan tangis.

Yoshi menepuk punggung Alena, membawanya bergerak ke kanan dan kiri perlahan hingga isakan Alena berhenti.

"Merasa lebih baik?" Bagitu Alena mengangguk dan melepas dekapannya, Yoshi langsung menatap Yedam tajam. "Lu gak mau buka mulut?"

Yedam tergugu, "Gue cuma ... cuma nanya dia soal temen sekolahnya dulu, Kak. Demi apapun gue gak macem-macem."

"Ya udah, lebih baik lu keluar," ucap Yoshi final.





"Gimana?" Yoshi menatap Alena lembut.

Persona yang ditatap mendadak salting sambil minum cokelat panas yang Yoshi seduh. Cokelat lagi, cokelat lagi. Biarin aja, Alena suka kok.

"Udah membaik, Kak. Gue cuman agak syok aja keinget namanya. Ah! Gue gak mau inget!" Alena memukul kepalanya berulang kali, membuat Yoshi segera menghentikannya.

"Shh, udah jangan sakitin diri sendiri. Pukul Kakak aja kalau kamu mau luapin emosi." Yoshi menggenggam tangan Alena. Senyumnya tak pernah luntur.

Alena menarik napasnya. Jantungnya berasa mau keluar dari tempatnya. "Iya, gak lagi." Ia melepaskan genggaman tangan Yoshi. Bisa bahaya kalau diganggam terus kaya gitu.

"Alena! Jadi mau diskusi aturan kosan, gak?" Mashiho berseru dari luar rumah. "Yang lain udah kumpul di ruang tamu kosan."

"Iya, Kak Cimol!"

"Heh!" protes Mashiho. Alena ketawa aja lihat muka Mashiho yang makin gemes karena memberengut.

Yoshi jadi ikut ketawa. "Udah bisa ngatain orang lagi. Yuk!"

𝙆𝙤𝙨𝙖𝙣 𝘼𝙡𝙚𝙣 || 𝙏𝙧𝙚𝙖𝙨𝙪𝙧𝙚『√』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang