46. The Truth

255 44 4
                                    

TEU-HA!








⚠️⚠️⚠️
TRIGGER WARNING!











Alena mengerjap, menyesuaikan pencahayaan ruangan. Kepalanya terasa pening, ditambah sakit pada lehernya. Ruangan yang kosong dengan pintu juga jendela di salah satu sisinya jadi satu-satunya hal yang ditangkap netranya.

"Ini di mana?" lirihnya.

Ia mendadak panik kala menyadari tangannya diikat di bangku tempatnya duduk.

"Woi! Tolong!" Alena berteriak, berusaha melepas tali di tangannya.

Keringatnya bercucuran, ingatannya melambung pada hari kemarin kala ia ditelepon Yoshi untuk pergi ke salah satu restoran di tengah ibu kota. Tapi, ia bertemu dua orang yang ia kenal dengan baik ... atau mungkin tidak?

Ia diajak bertemu Lucas yang katanya ada di luar negeri. Jadi, tanpa pikir panjang ia segera diantar kembali ke kosan yang entah kenapa kosong dan langsung mencari paspornya, tapi HP-nya yang tertinggal ternyata gak ada. Karena kelamaan nyari, akhirnya Alena pergi tanpa bawa HP dan segera naik pesawat yang sudah dua orang itu pesan.

"Kok gue jadi di sini, ya? Semalam gue cuma makan seblak yang dibikinin Tan--EH?!" Mata Alena membola. "Ini ... gak seperti yang ada di pikiran gue, 'kan?" cicitnya menatapi tubuh yang masih memakai piama.

Kala masih berkutat dengan pikirannya, pintu yang berada di depan Alena terbuka, menampakkan dua persona yang ia kenal. Perlahan, bahunya mulai bergetar, napasnya juga tersengal, bahkan pandangan matanya tak bisa fokus.

Alena ketakutan.

F-feli?

"Ah, putri tidur kita sudah bangun."

Perempuan itu--Felicia--persona yang membuat dirinya trauma sampai tak ingin keluar rumah juga takut bertemu orang lain.

Felicia menepuk persona di sebelahnya. "Ini cewek yang lu bilang ngelawan pas mau bawa si Keenan, Kak?"

Raven tergelak. Ia bahkan sampai membungkuk. "Lucu banget liat dia kaya kucing yang ketakutan gini. Mana yang kemarin berani lawan gue, hah?" Ia memegang dagu Alena dan menariknya agar mendekat.

Demi apapun, Alena rasanya mau menerbangkan diri lewat jendela. Kini ia serasa ada di kandang singa. "Kalian saudara?" tanyanya susah payah.

"Eh, aku gak pernah cerita ya, Alena? Oh iya, kamu keburu aku buang sebelum aku kasih tau, ya?" kekeh Felicia, "kata Yedam, kamu bahkan sampai gak mau keluar rumah. Sedih banget, ya?"

Alis Alena menukik. "Y-yedam yang cerita?"

Raven memundurkan langkah kala Felicia mendorong bahunya agar menepi. Wajah yang tadinya ia buat semanis mungkin, langsung berubah keruh.

"Iya. Yedam. Lu tau dengan jelas siapa dia, 'kan?"

Alena menahan napas begitu tangan kiri Felicia mendarat di atas kepalanya, mengusapnya pelan sampai membuat Alena merinding.

"Akh!" erang Alena saat surainya dijambak hingga ia menengadah.

"Yedam, dia orang yang gue cinta sepenuh hati, tapi ternyata di hatinya ada orang lain. Dan lu tau siapa orangnya, 'kan?" tanya Felicia. Ia semakin menarik rambut Alena. "Jawab, Alena!"

Menahan sakit, Alena membuka mulut. "G-gue gak tau."

PLAK

Kepala Alena tertoleh ke samping, tapi rambutnya kembali ditarik agar menghadap Felicia. "Lu! Dia deketin gue supaya bisa sering ketemu sama lu!"

𝙆𝙤𝙨𝙖𝙣 𝘼𝙡𝙚𝙣 || 𝙏𝙧𝙚𝙖𝙨𝙪𝙧𝙚『√』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang