Prolog

2K 136 15
                                    

\•\•\•\
Passion in Love by AR Yizhan

Bangunan bertingkat itu dipadati penonton dan kru film yang lalu lalang. Kesibukan terlihat di setiap sudut sementara para aktor utama berkumpul di lantai atas. Tempat sewaan itu terdiri dari tiga lantai, mirip sebuah teater yang khusus disewakan bagi para pembuat film. Sebuah studio yang cukup diminati oleh berbagai rumah produksi untuk dijadikan sebagai lokasi syuting.

Di luar sana, serpihan salju melayang perlahan, semakin lama semakin tebal. Hari masih menunjukkan bahwa saat itu adalah waktu siang, langit pun tetap memperlihatkan warna birunya meski sedikit tertutup lapisan awan tipis. Musim dingin semakin memuncak di awal bulan Desember. Salju menumpuk di setiap sudut jalan, menyelimuti bangunan dan pepohonan kering.

Di kala kesibukan masih terjadi dengan segala persiapan syuting, tiba-tiba orang-orang di bawah dikejutkan oleh jatuhnya seseorang dari lantai tiga. Satu teriakan panik mengiringi melayangnya tubuh aktor utama dari ketinggian hampir 10 meter dari lantai dasar.

Seruan lain terdengar seiring tindakan para kru yang memasang kasur angin tepat di bawah jatuhnya sosok tersebut.

“Mark?! Bukankah dia Mark?”

Satu teriakan dari seseorang yang mendekat membuat huru hara seluruh kru. Belum sempat mereka memahami kejadian di depan mata, seruan tambahan semakin mengacaukan suasana.

“Kenapa ada darah? Bagaimana ini bisa terjadi?!”

Dengung khawatir dan panik menjadi pengisi ruangan luas yang menjadi lokasi syuting. Semua orang mendekat dan menatap sosok Mark yang terbaring tak sadarkan diri, sementara darah mengalir dari belakang tubuhnya. Tidak ada yang berani melangkah lebih dekat terlebih untuk menyentuh sosok itu. Semua mata hanya memandang terpana dengan peristiwa yang tidak terduga.

“Siapa yang ada di atas?”

Seseorang bertanya sehingga menggerakkan semua kepala untuk menatap ke atas.

Saat itu terlihat Wang Yibo dan Sean berdiri bersisian, menatap dengan sorot mata kaget pada peristiwa yang terjadi di bawah mereka.

“Cepat panggil ambulan! Kenapa kalian diam saja?!” asisten Mark berteriak gusar pada yang lainnya. Sosok tinggi dengan tatapannya yang menusuk itu mengangkat wajah, melayangkan tatapan pada dua sosok yang berbalik memunggungi.

Hanya selang lima belas menit, suasana di lokasi syuting itu kembali berubah. Pintu utama tertutup dan semua orang dikumpulkan di lantai bawah, termasuk Sean dan Wang Yibo. Di depan mereka kini berdiri seorang detektif dari kepolisian. Sosok itu bernama Wang Haoxuan, masih muda, berwajah imut namun memiliki sepasang mata setajam tatapan elang dengan aura mengintimidasi. Pakaiannya yang serba hitam dilapisi lagi mantel panjang dan tebal. Bersama rekannya, sang detektif menyelidiki kejadian yang untuk sementara bisa disimpulkan bahwa itu adalah kecelakaan.

Hanya satu pertanyaan yang memenuhi benak semua orang, kenapa ada pisau pendek yang tertancap di belakang pinggang Mark?

“Tidak ada yang bisa meninggalkan tempat ini selama penyelidikan, harap kerja samanya,” suaranya yang kecil mulai terdengar. Mata hitamnya menyapu wajah-wajah panik yang berkumpul.

Selama penyelidikan berlangsung, dua orang yang sebelumnya bersama Mark hanya bisa berharap pria itu baik-baik saja dan bisa membuktikan kejadian yang sebenarnya. Namun tanpa terduga, ketika pria itu baru saja membuka matanya di rumah sakit, satu bukti kuat tertuju pada Wang Yibo.

“Dari hasil pemeriksaan forensik, terdapat sidik jari saudara Wang Yibo pada gagang pisau. Untuk sementara, Anda akan kami bawa dan bersedia tinggal di kantor polisi selama pemeriksaan,” kata-kata detektif Wang menjadi keputusan yang membuat para kru dan pemain di sana saling berpandangan dan menduga-duga.

“Detektif, mungkinkah Anda melewatkan sesuatu? Tidak mungkin Wang Yibo melakukan hal seperti itu.”

Bantahan Sean menyebabkan bisikan di mana-mana hingga dengung tak menyenangkan itu membuat detektif Wang meradang.

“Anda meragukan hasil pemeriksaan? Keberatan seperti itu bisa Anda ungkapkan di kantor polisi,” detektif Wang nyaris mendesis.

“Itu hanya sidik jari, tidak berarti Wang Yibo yang menusukkan pisau itu pada pinggang korban.”

“Jadi maksud Anda, korban menusukkan pisau ke pinggangnya sendiri?”

Sean membuka mulut untuk kembali mendebat namun urung ia lakukan sewaktu pemuda yang ia bela menyentuh bahu dan menggelengkan kepala.

“Sean, tidak apa-apa. Biarkan polisi bekerja. Jika Tuhan masih menyayangiku, kebenaran akan muncul untuk membebaskanku dari tuduhan.”

Wang Yibo menampilkan senyuman dan mengangguk sekilas sewaktu dirinya kini dibawa untuk diperiksa di kepolisian setempat.

Detektif Wang yang memperhatikan sedikit menyipitkan mata, ia merasa ada sesuatu di antara dua orang yang saling menatap. Sebelum dirinya benar-benar berlalu dari lokasi syuting, sang asisten yang selalu ia bawa berjalan mendekat dan membisikkan sesuatu,

“Ada yang aneh. Tidak ada satu cctv pun yang berfungsi hari itu dan kami menemukan bahwa railing balkon telah dirusak sebelumnya. Menurut saksi mata yang sempat memperhatikan, saudara Wang Yibo dan korban sempat berselisih hingga dia mencengkeram baju korban dan mendorongnya ke arah railing hingga terjatuh ke bawah.”

Laporan itu menimbulkan kilau di mata detektif Wang semakin jelas.

“Ada yang tidak beres di sini. Sepertinya banyak emosi dan juga persaingan cinta yang berperan di dalamnya.”

Mata sang detektif tertuju pada Sean yang berdiri memandangi tersangka Wang Yibo.

“Ini tentang kisah cinta segitiga,” gumamnya lambat.

\•\•\•\

𝐏𝐀𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍 𝓲𝓷 𝓛𝓸𝓿𝓮 [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang