Passion_part 39

281 42 16
                                    

\•\•\•\

Kebetulan atau takdir, selalu menyertai di dalam kehidupan sehari-hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kebetulan atau takdir, selalu menyertai di dalam kehidupan sehari-hari. Sean tidak pernah menduga kalau rumah sakit tempat Mark ditangani setelah peristiwa jatuh dari balkon ternyata rumah sakit yang sama, tempat Tn. Ken dirawat. Tapi bukan hal itu yang membuatnya terkejut. Ketika dia sedang mengurus semua administrasi untuk perawatan Mark pasca operasi karena tusukan pisau di pinggang belakang, entah kebetulan atau satu kesengajaan, tiba-tiba saja muncul sosok Vin di dekatnya.

“Sean?”

Panggilan itu membuat Sean berpaling. Merasa familiar dengan suara yang ia dengar. Ia baru menerima lembaran bukti pembayaran dari kasir sewaktu menatap sosok Vin berdiri dalam balutan santai. Kaos putih menutup leher dilapisi lagi blazer panjang warna hitam. Mata beningnya mengerjap kaget, tanpa sadar meremas kertas kwitansi di tangan. Sosok tinggi di depannya semakin terlihat tampan dan bersinar, sama-sama melayangkan tatapan tak percaya.

“Aku tidak menyangka kita akan bertemu di sini. Siapa yang sakit?” Vin bertanya dengan senyum manis di bibir.

“Vin ...”

Dalam sekian detik Sean hanya memandangi seseorang yang pernah singgah dalam hidupnya.

Vin menyapukan pandangan, merasa tempat itu tidak tepat untuknya berbincang dengan Sean. Banyak orang berlalu lalang, dan juga berisik oleh panggilan, langkah-langkah cepat bahkan petugas yang terkadang berlari. Tanpa berpikir panjang, dia memegang tangan dan menariknya menjauh dari lobi samping yang ramai. Ia melangkah ke sisi lain, ke bagian ruang tunggu yang disediakan dan sepi oleh pengunjung, berbatasan dengan halaman samping rumah sakit. Di sana tersedia satu set sofa dan meja. Beberapa tanaman hijau dalam pot menghias di setiap sudut.

Vin berhenti di dekat tanaman hijau setinggi satu meter. Setelah melepas pegangan tangannya, ia kembali memandangi sosok manis yang masih berdiam diri dan hanya balas menatapnya. Kerinduannya bergejolak, bertemu lagi dengan seseorang yang sebelumnya begitu ia cintai membuat semangatnya tumbuh. Tidak ingin melepas kesempatan, Vin meraih pundak Sean, menariknya ke dalam pelukan. Ia memeluk erat-erat tubuh ramping yang pernah ia miliki selama tinggal di Guangzhou.

“Apakah ini takdir? Aku senang sekali bertemu denganmu lagi, Sean. Aku merindukanmu,” bisiknya penuh perasaan.

Sean tidak membalas ucapan juga perlakuan Vin. Ia masih memilih untuk diam namun tidak menolak pelukan. Matanya terpejam dan membiarkan suasana hangat itu melingkupi mereka.

Setelah hitungan detik berlalu, Vin akhirnya melepas pelukan. Jujur sebenarnya ia merasa tidak nyaman karena Sean sama sekali tidak merespon dirinya. Meski ia masih merindukan sosok Sean, namun harus ia sadari bahwa pemuda manis itu sekarang bukan lagi miliknya. Ia bahkan mengetahui siapa pasangan Sean saat ini. Tarikan napasnya terdengar panjang. Senyumnya tersungging tipis sambil mengusap pundak Sean.

“Maafkan aku. Aku ... sedikit emosional,” ucapnya pelan.

“Tidak apa-apa,” jawab Sean, baru bersuara setelah terus menutup mulut.

𝐏𝐀𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍 𝓲𝓷 𝓛𝓸𝓿𝓮 [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang