💙🌺💙🌺💙🌺
\•\•\•\
Bayangan Xiao Zhan yang ditarik ke dalam gudang oleh Arthur terus memenuhi benak Lusy sewaktu ia berlari di lorong kampus. Mengetahui kebiasaan Xiao Zhan yang selalu menyendiri di halaman belakang, awalnya Lusy berniat untuk menemui pemuda manis itu dan berjalan ke arah halaman, namun dia tertahan oleh satu adegan di mana ia melihat Arthur menarik paksa tangan Xiao Zhan. Beberapa saat ia membeku, terkejut dan khawatir. Sedetik kemudian ia memutar tubuh dan berlari menuju ruangan tempat mereka biasa belajar kelompok.
Dengan napas terengah, ia tiba di ambang pintu, mata bulatnya menyapu isi ruangan namun tidak melihat sosok yang ia cari. Hanya ada beberapa kelompok pelajar lain yang sedang terlihat berdiskusi.
"Kalian melihat Wang Yibo?" ia bertanya pada mereka.
"Yibo? Sepertinya dia tadi ke ruangan dosen." Salah satu siswi menjawab.
Lusy kembali memutar tubuh, kecemasan melandanya sambil berlari untuk menemui Wang Yibo. Dalam pikirannya, hanya pemuda itu yang sanggup menghadapi Arthur. Mahasiswa lainnya tidak ada yang berani terhadap pemuda sombong yang merasa sebagai anak orang kaya. Terlebih saat ini ia mendapati Yibo dan Xiao Zhan sangat dekat sebagai satu kelompok. Lusy merasa sangat beruntung karena sebelum tiba di ruangan dosen, ia melihat pemuda itu berjalan ke arahnya sambil memegang beberapa buku.
"Yibo!"
"Lusy?" Yibo mengernyit heran melihat gadis itu berlari dengan wajah panik. Berhenti di depannya sambil terengah-engah. "Ada apa?" tanyanya.
"Xiao Zhan—" Lusy menelan ludah, mengatur napas sesaat. "Xiao Zhan ditarik Arthur ke gudang belakang. Aku takut terjadi sesuatu."
"Apa?!"
Pelipis Yibo berkedut gusar. Dia menyerahkan setumpuk buku pada tangan Lusy tanpa persetujuan kemudian berlari menyusuri lorong menuju halaman belakang. Bibirnya mengatup menahan amarah yang langsung naik ke ubun-ubun. Dugaan Xiao Zhan bahwa pemuda itu akan mengganggunya terbukti, dan ia tahu apa yang direncanakan Arthur. Pemuda sombong itu memiliki otak kotor dan niat jahat terhadap Xiao Zhan.
Di dalam gudang, Arthur menahan kedua tangan Xiao Zhan sementara satu lututnya terangkat menekan sesuatu di bawah perut pemuda manis itu. Ekspresinya dipenuhi nafsu, mendesis dengan mata berkilat-kilat.
"Aahh... Milikmu masih tertidur, Xiao Zhan. Apa aku perlu membangunkannya?" ia menyeringai, menekankan lututnya lebih kuat. Kedua tangannya mencengkeram erat pergelangan tangan Xiao Zhan yang masih bergerak-gerak.
"Brengsek! Lepaskan aku, sialan!"
Xiao Zhan tak kalah sengit menancapkan tatapan tajam sambil mengeluarkan umpatan pedas.
"Akan kulepaskan," seringai Arthur kembali tercipta, "tapi celanamu yang akan kulepas, Xiao Zhan."
"Sialan, kau—"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐀𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍 𝓲𝓷 𝓛𝓸𝓿𝓮 [𝐄𝐧𝐝]
RomanceSebagai seorang penulis skenario yang sudah memiliki nama, Wang Yibo mendapat undangan untuk membuat satu film dan mempertemukannya dengan seorang aktor yang selama ini dia cari. Pertemuannya dengan Sean Xiao membangkitkan kisah dan luka lama. Namun...