💙🌺💙🌺💙🌺
\•\•\•\
Di salah satu kamar mewah hotel itu, setelah konferensi pers yang kacau karena tindakan Wang Yibo, Sean kini uring-uringan di depan kekasihnya. Emosi yang muncul, semata-mata bukan karena peran dan cerita dalam film melainkan ia tidak menduga kalau ternyata produser Jade Evening mengundang Wang Yibo. Keputusannya menarik pemuda itu ke dalam film semakin membuatnya tak nyaman.
Setelah mondar mandir dengan wajah gusar, kini Sean berdiri di dekat jendela. Satu tangan bertolak di pinggang sementara objek lain berupa gelas berisi air mineral terpegang di satu tangan lain. Ia mencoba untuk menenangkan gemuruh di dalam dengan tegukan air putih dingin, berharap air es itu bisa mendinginkan suasana hatinya yang tak karuan. Matanya yang bening dan tajam seolah ingin menembus ketebalan dinding kaca.
“Konferensi ini diadakan untuk menjebakku. Aku tidak mungkin membantah ayahmu di depan khalayak umum. Kalian mempermainkanku, kau tahu aku tidak pernah ingin bermain dalam kisah cinta seperti itu. Terlebih dengannya!”
Sean nyaris meledak dalam kemarahan karena sesuatu yang hanya dia sendiri yang tahu.
“Sikapmu saat ini sedikit berlebihan, Sean. Aku tidak pernah melihatmu seperti ini. Biasanya kau selalu mampu menguasai diri.”
Suara Mark terdengar di belakang, dia berdiri menyandarkan pinggang pada sisi meja nakas dengan kaki menyilang. Kedua tangan terlipat di depan dada sambil mengamati sosok manis yang masih tak bergeming.
“Di sini justru kalian yang keterlaluan,” dengus Sean, “apa tidak bisa membicarakan hal itu terlebih dulu denganku? Kau memaksaku untuk bermain dengannya.”
“Apa yang salah? Kenapa dengan dirinya?”
“Dia bukan lagi seorang aktor. Kau pikir dia bisa kembali berperan dalam film?”
“Jika itu benar alasannya, kau meremehkannya, Sean." Kaki Mark kini melangkah menghampiri. Dengan bibir mengulas senyum, kedua lengannya melingkari pinggang Sean dari belakang. “Dia aktor yang bagus, percayalah padanya. Lagipula bukankah kau bisa memberinya pengarahan di kala bersama. Sepertinya dia mengidolakanmu,” suaranya berbisik di dekat telinga Sean.
“Aku tidak mengenalnya, bagaimana bisa dia mengidolakanku?” Sean melunakkan suara.
“Mengidolakan seseorang tidak harus mengenal. Kau selalu tampil mempesona di mana pun, tentunya hal itu mengundang perhatian semua orang. Aku bahkan suka cemburu melihatmu hanya sekedar tersenyum manis pada orang lain.” Mark menekan dagunya pada bahu Sean, ikut menyaksikan suasana kota Shanghai dari kamar mereka di lantai 10.
“Aku tidak mungkin memasang wajah dingin setiap saatnya. Bagaimanapun seseorang memerlukan senyuman untuk menggapai keinginan.”
“Kau benar,” Mark menanggapi, matanya sesaat terpejam. “Tenangkan dirimu. Ini hanya ketakutanmu, Sean. Semuanya tidak separah yang kau bayangkan. Aku yakin dia pun bisa bekerja sama dengan baik.”
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐀𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍 𝓲𝓷 𝓛𝓸𝓿𝓮 [𝐄𝐧𝐝]
RomanceSebagai seorang penulis skenario yang sudah memiliki nama, Wang Yibo mendapat undangan untuk membuat satu film dan mempertemukannya dengan seorang aktor yang selama ini dia cari. Pertemuannya dengan Sean Xiao membangkitkan kisah dan luka lama. Namun...