\•\•\•\
Beijing.
Pertemuan dalam liburan, kebersamaan yang kembali terjalin menjadi satu kebahagiaan yang tak terungkapkan oleh keduanya. Setelah menghabiskan masa-masa berlibur yang indah, Yibo dan Xiao Zhan kembali ke Beijing. Mereka menikmati hari-hari dalam kebahagiaan dan tinggal bersama di apartemen Wang Yibo. Pemuda itu bahkan membawa kekasihnya ke rumah Wang, mengenalkan pada paman Zhang sebagai satu-satunya orang dekat yang tersisa di rumah itu.
“Paman, kenalkan dia Xiao Zhan.”
Yibo menarik tangan Xiao Zhan, tersenyum lebar pada paman Zhang yang menyambutnya di rumah Wang.
“Xiao Zhan?” ulang paman Zhang. Sepasang matanya mengamati pemuda manis yang berdiri di samping Yibo, mengangguk sopan padanya.
“Nama yang selalu kau gumamkan di saat depresimu tahun itu,” lanjut paman Zhang ketika mengingat nama tersebut.
Xiao Zhan berpaling kaget mendengar kata depresi dan ia memiliki dugaan tahun kapan hal itu terjadi. Tahun di mana ia pergi bersama Vin tanpa memedulikan pemuda yang kini begitu berbesar hati menerimanya kembali. Perasaan tak nyaman menyelimuti hati ketika mendapat tatapan selidik dari paman Zhang. Ia merasa menjadi seorang terdakwa atas peristiwa buruk yang terjadi.
“Jangan membahas hal itu, Paman. Semua sudah berlalu,” Yibo berusaha mencairkan suasana waktu menangkap perubahan ekspresi Xiao Zhan.
“Paman tidak bermaksud menyinggung, hanya mengatakan yang sebenarnya,” tukas paman Zhang. Ia mengulas senyum menyambut uluran tangan Xiao Zhan. “Sangat manis. Paman harap kehidupan gelapmu tidak terulang,” lanjutnya pada Yibo.
“Kami saling mencintai, Paman. Kami tidak akan terpisahkan lagi dan berencana untuk menikah,” Yibo berkata sambil merangkul bahu Xiao Zhan.
“Menikah?” ulang paman Zhang. Tatapannya beralih-alih pada dua sosok di depan.
“Paman pasti iri,” goda Yibo. Matanya berkedip nakal. “Harusnya aku mencarikan pasangan buat Paman agar tidak terus sendirian di rumah ini. Jadi Paman tidak selalu melewati malam yang dingin seorang diri.”
“Omong kosong,” desis paman Zhang, matanya mendelik pada Yibo. “Kau jadi melantur, Yibo. Lebih baik jaga kekasihmu dan jangan mengganggu paman.”
Paman Zhang berbalik diiringi desisan gemas. “Kalian akan dipanggil jika makan malam sudah siap,” ia berkata dari balik bahu.
“Paman memang yang terbaik,” Yibo nyaris berseru dan menampilkan senyuman lebar sambil memandangi punggung paman Zhang. Kemudian ia mengajak Xiao Zhan untuk melihat-lihat kamarnya.
“Sepertinya paman Zhang kurang menyukaiku,” gumam Xiao Zhan, setengah mengeluh.
“Kata siapa?” Yibo menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐀𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍 𝓲𝓷 𝓛𝓸𝓿𝓮 [𝐄𝐧𝐝]
RomanceSebagai seorang penulis skenario yang sudah memiliki nama, Wang Yibo mendapat undangan untuk membuat satu film dan mempertemukannya dengan seorang aktor yang selama ini dia cari. Pertemuannya dengan Sean Xiao membangkitkan kisah dan luka lama. Namun...