\•\•\•\
[Flashback]
Awal pertemuan Mark dengan Sean.Beijing, Desember 2019
Sebagai seorang aktor yang juga memiliki saham terbesar di Evening Jade, Mark mempunyai kebebasan lebih dibanding aktor lain karena ia merupakan anak dari pemilik perusahaan tersebut. Suatu sore di musim dingin, Mark menikmati kebersamaan bersama teman dan sahabat yang mengundangnya ke satu acara. Didampingi Leon yang tidak pernah absen sebagai asistennya, ia mendatangi klub Equis di jalan Liangmaqiao, Beijing. Klub dan tempat karaoke yang selalu dipadati pecinta dunia malam, banyak artis dan model yang menghabiskan waktu malam di bar dan ruang karaoke. Gedung tiga tingkat itu memiliki fasilitas yang bisa memuaskan para pengunjung, lengkap dengan berbagai jenis minuman.
Waktu belum mencapai tengah malam sewaktu Mark mulai merasa jenuh. Ketika jam menunjukkan angka 11, ia beranjak keluar dari ruang karaoke. Ia menghubungi Leon yang menunggunya di ruang tunggu lantai tiga. Sambil mengantongi ponsel, Mark berjalan menyusuri koridor yang dilapisi karpet bergaris. Lampu kekuningan terpasang di sisi bawah, menyinari garis karpet hingga memudahkan pengunjung menapaki lorong yang bernuansa keemasan dan minim cahaya. Ia bertemu Leon yang menunggunya di ujung lorong.
“Kau sudah selesai?” Dahi Leon berkerut sambil melirik jam tangan. Tidak biasanya Mark keluar sebelum jam 12 malam.
“Membosankan,” keluh Mark. “Tidak ada satu pun suara mereka yang enak didengar.”
Tawa Leon tercipta. “Mereka bukan penyanyi, hanya sekedar iseng menghabiskan waktu dan uang,” ujarnya.
“Lebih baik kita pulang, tapi aku ingin menikmati minuman sejenak di bawah,” balas Mark. Ia memutar bola mata karena senyuman Leon. Tanpa berkata lagi, kakinya yang memakai sepatu sport hitam melangkah menuju tangga. Berjalan ke arah meja bar yang panjang dan diterangi puluhan lampu gantung dengan dua orang laki-laki berseragam di baliknya.
“Creme Brulee,” ia berkata pada bartender yang mengangguk menanggapi permintaannya.
Mark duduk pada kursi bar, membelakangi meja setelah memesan minuman. Mata hitamnya beredar menatap suasana bar yang ramai dan hingar bingar oleh musik.
“Minumnya, Tuan.”
Bartender itu mendorong satu goblet berbentuk segitiga.
Mark meraih gagang goblet, menyesap sedikit sambil tetap menatap keramaian di sekitarnya. Terkadang ia mengajak asistennya berbincang meski harus mengencangkan suara karena musik yang berdebam. Sesekali ia tersenyum sampai fokusnya berhenti pada satu kursi sofa kulit warna merah. Di kursi itu duduk seorang pemuda berpakaian santai, kaos putih dipadu jaket semi formal dengan aksen kancing di bagian depan. Selain sosok itu masih muda dan menarik, parasnya yang tampan dan manis membuatnya tak bisa mengalihkan pandangan. Satu hal lagi yang membuatnya tetap mengamati sosok itu karena kondisinya yang mabuk. Wajah putih pemuda itu nampak merah pengaruh minuman yang terus ditenggaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐀𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍 𝓲𝓷 𝓛𝓸𝓿𝓮 [𝐄𝐧𝐝]
RomanceSebagai seorang penulis skenario yang sudah memiliki nama, Wang Yibo mendapat undangan untuk membuat satu film dan mempertemukannya dengan seorang aktor yang selama ini dia cari. Pertemuannya dengan Sean Xiao membangkitkan kisah dan luka lama. Namun...