\•\•\•\
Matahari sore kembali tertutup lapisan awan, dan serpihan putih dari salju yang turun menjadi penggantinya. Malam belum sepenuhnya menyelimuti kota namun suasana panas di rumah tamu sudah kembali tercipta. Desahan demi desahan menggairahkan mengalir dari bibir Sean. Tubuhnya bersimbah keringat dan terus tersentak oleh gerakan Yibo. Ia mencengkeram sprei dengan kuat, mata terpejam rapat menikmati setiap tusukan Yibo yang mengenai sisi dalamnya.
Setiap detik yang berlalu, menjadi hal paling menyenangkan dari percintaan mereka. Menit berjalan dilewati dengan napas memburu dan suara-suara erotis yang menggetarkan. Cengkeraman dan remasan, kata-kata vulgar dan mesra mengalir di antara kegiatan yang mengundang birahi. Mereka saling memanggil nama penuh cinta dan sayang. Pada saat seperti itu, dunia seakan hanya milik berdua dengan jiwa yang melayang-layang di alam nirwana.
Erangan nikmat dan panjang memenuhi kamar di kala kejantanan Yibo berdenyut cepat dan ia menaikkan intensitas gerakan. Ia menggempur dengan ganas dan tubuhnya bergetar hebat sewaktu semburan dari miliknya mengisi perut Sean. Ia menggeram nikmat dan menjatuhkan diri ke atas tubuh Sean lantas melumat bibir basah kekasih yang terbuka. Desahan nikmat Sean teredam olehnya waktu pemuda manis itu mencapai klimaks. Yibo hanya merasakan cengkeraman kuat dari jemari Sean, nyaris mencakar bahunya yang berkeringat. Gumaman keduanya mengiringi ciuman yang terjalin, perlahan melembut dan saling mengusap pipi selama bibir mereka terus bertaut.
Sean memeluk tubuh Yibo yang bekeringat, meluruskan kaki yang dari tadi terus terbuka dan kini saling membelit dengan kaki sang kekasih. Ia tersenyum di kala ciuman mereka terlepas, mata terpejam, menikmati pelukan hangat yang membuatnya nyaman dan mengantuk. Ketika Yibo merebahkan tubuh di sisinya dan menarik dirinya ke dalam pelukan, ia hanya diam melingkarkan lengan dan menyusupkan kepala ke dekat leher Yibo.
Beberapa menit keduanya terdiam, menjadikan napas-napas sebelumnya tenang dan lembut. Sean merasakan dirinya tertidur dalam hitungan menit, dan terbangun oleh usapan dan tepukan pelan pada bahu. Ia menggumam malas sambil mengeratkan pelukan, makin merapat ke tubuh Yibo yang hangat. Kakinya menindih paha sang kekasih.
“Apa kita harus kembali malam ini?” Pertanyaan itu terucap dari bibir Yibo.
“Hmm,” ia kembali menggumam.
“Kau yakin kalau Mark datang sekarang?”
“Leon mengabariku. Masih bagus dia tidak kembali dengan tiba-tiba.”
“Setelah syuting ini selesai, berjanjilah kau akan ikut bersamaku ke Beijing,” pinta Yibo.
“Aku akan ikut denganmu,” jawab Sean.
Yibo tersenyum, mengusap sekilas bahu Sean dan memiringkan tubuh, menjadikan Sean telentang dengan kepala yang bersandar pada lengan. Ia menatap wajah mempesona Sean, begitu putih, bersinar penuh kepuasan. Perlahan ia membelai pipi dan menghadapkan wajah itu padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐀𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍 𝓲𝓷 𝓛𝓸𝓿𝓮 [𝐄𝐧𝐝]
Любовные романыSebagai seorang penulis skenario yang sudah memiliki nama, Wang Yibo mendapat undangan untuk membuat satu film dan mempertemukannya dengan seorang aktor yang selama ini dia cari. Pertemuannya dengan Sean Xiao membangkitkan kisah dan luka lama. Namun...