Passion_part 15

434 49 3
                                    

💙🌺💙🌺💙🌺

💙🌺💙🌺💙🌺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

\•\•\•\

Di selasar yang dibatasi balustrade berukir, Leon menunggu dengan gelisah. Ia terus menerus melirik jam tangannya sambil menoleh ke arah koridor lantai lima. Ia kini berada tepat di depan kamar Mark dan Sean untuk menunggu kedatangan keduanya. Ia sudah menyiapkan berbagai alasan sebagai jawaban yang akan diberikan pada Mark jika pria itu tiba terlebih dulu. Langkah kakinya bolak balik menapaki lantai bening. Suara gesekan sepatu pada lantai menjadi teman penantiannya selama menunggu Sean turun.

Di saat jumlah langkahnya terus bertambah, kemunculan sosok manis dalam balutan mantel cokelat tua membuatnya menghembuskan napas lega. Ia menyaksikan Sean yang berjalan dari ujung koridor tempat elevator hotel berada. Raut manis itu nampak bingung sekaligus kesal dan ia mengerti alasan di balik semua emosi tersebut.

“Leon, kenapa Mark tiba-tiba kembali? Apa kau menghubunginya?” Sean bertanya dan tuduhan itu secara reflek keluar dari mulutnya. Ia menatap Leon yang berdiri di dekat balustrade.

Leon menggelengkan kepala, sedikit paham kenapa tuduhan itu tertuju padanya.

“Kalau aku yang menghubungi, tidak mungkin aku meminta Paul untuk mengabarimu,” sahutnya.

“Lantas kenapa dia kembali di saat sekarang?” tuntut Sean.

“Aku pun bertanya-tanya pada awalnya. Ketika dia meneleponku, aku tahu bahwa kau meninggalkan ponselmu dan hanya satu tempat yang mampir di kepalaku. Seperti dugaanku, kau mengunjungi Wang Yibo.” Leon menghirup napas panjang sejenak. “Kau harusnya tahu, sebelum menghubungiku dia pasti meneleponmu terlebih dulu. Tapi karena tidak juga ada jawaban, seseorang lain yang dia hubungi pasti aku. Dia bertanya tentangmu dan alasan kenapa teleponnya tidak kau jawab.”

“Lalu jawaban apa yang kau berikan?” Sean menyela.

“Berenang. Sangat beruntung karena kau terbiasa berenang di malam hari.”

Sean mendesah, bersandar pada sisi balustrade dengan tatapan tertuju ke lantai bawah, mengamati foyer hotel yang luas dan mewah.

“Kau ... benar-benar tidak mengatakan apa pun tentang keadaan sekarang?” tanyanya. Tatapannya beralih pada Leon yang ikut menyaksikan keadaan di bawah.

Untuk beberapa saat Leon hanya diam. Memiliki perasaan yang ia sembunyikan selama ini sedikit banyak membuatnya tertekan, namun justru rasa itulah yang membuatnya bertahan karena ingin menjaga Sean semampunya.

“Aku tahu kau masih belum percaya padaku, tapi semua hal yang kau lakukan tidak akan tembus ke telinga dan pandangan Mark. Kecuali dia sendiri yang menemukannya, aku pun tidak berdaya. Hanya saja kita tidak tahu apa yang akan ia lakukan jika sampai benar ia mengetahui semuanya,”

“Terima kasih,” gumam Sean. Ia mulai merogoh saku mantel.

“Samakan jawabanmu jika dia bertanya,” kata Leon.

𝐏𝐀𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍 𝓲𝓷 𝓛𝓸𝓿𝓮 [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang