💙🌺💙🌺💙
Matahari bersinar terik di musim salju, hanya sesaat, hanya untuk melunturkan tumpukan salju yang menggunung, bahkan tidak bisa menghilangkan semua jejak. Roda kehidupan terus berputar, lalu lintas yang tak pernah berhenti, jarum jam yang terus berdetik. Hari berganti, mengubah setiap kehidupan dalam sehari dan akan terlupakan di kala mentari pagi menyongsong hari baru. Tapi satu hati yang aku miliki, tidak bisa berpindah seiring waktu yang berjalan, hanya terus menetap di satu tempat, di satu nama dan di satu kenangan.
Berpendirian tanpa merasa khawatir, harapan yang rapuh dan hampir sirna. Selangkah lagi untuk maju, begitu berbalik, ada yang sedih karena kepergianmu. Hujan salju sering mengingatkanku, masih ingat betapa lamanya hatiku mengingat masa lalu, menjalani setiap musim dingin yang semakin membekukan.
Siapa yang mampu melenyapkan rasa sakit hati ini?
💙🌺💙🌺💙
=== Happy Reading ===
Shanghai, 2022
Di antara deru kendaraan yang memenuhi jalanan padat Yan'an Viad, People Square District. Satu mobil hitam, mengkilap dan mewah melaju pelan mengikuti arusnya lalu lintas. Deretan gedung tinggi dan pepohonan menjadi fokus dari sepasang mata seorang pemuda yang menatap dari balik jendela mobil. Sepasang mata hitam dan gelap itu tertutup oleh satu kacamata berlensa cokelat tua, menyamarkan satu kilatan yang sempat tercipta di mata si pemuda. Bibirnya yang terkatup rapat sekilas bergerak menciptakan kedutan samar sewaktu mengamati satu iklan. Layar itu memperlihatkan wajah seseorang pada salah satu billboard berupa videotron pada dinding gedung tinggi.
Sewaktu mobil itu terus melaju dan meninggalkan sesuatu yang indah di matanya, helaan nafas berat dan panjang tercipta dari si pemuda karena harus merelakan pemandangan itu tertinggal di belakang sementara ia harus terus melaju ke depan, mengikuti arus dan waktu yang tidak pernah berputar mundur.
"Sean Xiao Zhan, dia sangat cemerlang, bukan?"
Satu suara dari seseorang yang duduk di sisinya membuat pemuda itu menoleh. Wajahnya yang datar dan tanpa ekspresi menatap seorang pemuda lain yang sedang memandanginya. Perlahan ia menurunkan kacamata dari atas hidung. Ketampanan yang dimilikinya langsung muncul ketika kacamata itu tidak lagi menghalangi wajah. Putihnya kulit muka, hidung mancung yang menantang, dagu runcing yang menggantung serta bibir sensual yang masih membentuk garis datar. Rambut cokelatnya menambah daya pikat dengan segelintir surai yang jatuh di sisi kening.
"Apakah dia menjadi salah satu tujuanmu datang ke Shanghai?" Pertanyaan itu kembali teraju.
"Hmm." Pemuda itu bergumam samar seiring jemari yang mengurut pangkal hidung.
"Aku hanya ingin mengingatkan, jangan berharap padanya. Dia hanya melirik orang-orang kaya dan terhormat."
Pemuda tampan itu hanya kembali bergumam tanpa menanggapi lebih lanjut perkataan pemuda temannya. Sesaat kepalanya bersandar pada jok dan terpejam sekian detik. Ia kembali bersikap biasa sambil menyelipkan kacamata pada saku kemeja di balik blazer.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐀𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍 𝓲𝓷 𝓛𝓸𝓿𝓮 [𝐄𝐧𝐝]
RomanceSebagai seorang penulis skenario yang sudah memiliki nama, Wang Yibo mendapat undangan untuk membuat satu film dan mempertemukannya dengan seorang aktor yang selama ini dia cari. Pertemuannya dengan Sean Xiao membangkitkan kisah dan luka lama. Namun...