Passion_part 48

365 38 4
                                    

\•\•\•\

Persidangan itu berlangsung lama dan alot. Masing-masing pihak tetap pada pendiriannya. Mark menuntut dengan keras namun Wang Yibo pun tetap tidak mengakui perbuatannya. Meski bukti pisau itu tak terbantahkan, tetapi tidak ada bukti lain atau saksi yang memberatkan Wang Yibo selain pisau itu sendiri. Dengan penuh keyakinan pengacara Zhang menyatakan bahwa pisau itu bisa saja diambil seseorang setelah digunakan oleh Wang Yibo dan dijadikan sebagai alat kejahatan. Dia mengangkat beberapa pasal hukum tentang asas praduga tak bersalah sehingga Wang Yibo masih belum dijatuhi hukuman karena kurangnya bukti dan saksi.

Selama sidang, Sean hanya bisa duduk mendampingi Mark sementara matanya terus tertuju pada Yibo. Dia selalu waswas dan takut jika kekasihnya benar-benar masuk penjara. Dia pun sangat ingin tahu siapa sebenarnya yang memasang pisau tersebut dan membingkai Wang Yibo dengan keji. Insiden itu membawa-bawa dirinya karena dia terikat di tengah-tengah. Dia harus berdiri di sisi Mark sedangkan hati dan pikirannya ada bersama Wang Yibo.

Sidang itu berlangsung sampai tengah hari, dan berakhir di saat makan siang tanpa putusan pasti. Wang Yibo masih bisa menghirup udara bebas selama masa persidangan. Hal yang membuat Mark setiap waktunya hanya uring-uringan. Dia sangat tidak puas karena belum berhasil menjebloskan Wang Yibo ke penjara sementara dirinya masih tak berdaya di atas kursi roda. Tapi ada satu hal yang membuatnya bernapas lega, yaitu berhentinya penyelidikan terhadap Sean. Gugatan dari Tn. Ken tiba-tiba saja dicabut kembali dan pengusaha kaya itu menyerahkan semua hal pada polisi setempat, sementara dirinya sendiri kembali terbang ke luar negeri setelah kesembuhannya sempurna.

Di pihak lain, usaha detektif Wang dalam mencari video amatir yang mungkin dilakukan salah satu orang dalam gedung teater ternyata menghadapi jalan buntu. Setelah berhari-hari melakukan pemeriksaan dari ponsel setiap orang, tidak ada satu pun yang merekam adegan penting. Semuanya hanya video hiburan atau bahkan video porno yang membuatnya mendecakkan lidah.

“Tidak ada satu pun?”

Detektif Wang yang berdiri di dekat meja bertanya lagi pada Zhao Lei, bagian analis yang sedang duduk menghadapi komputer.

“Aku cukup bingung. Kenapa tidak ada satu pun, aku sudah mencoba mengembalikan data yang mungkin dihapus tapi tetap tidak ada,” sahut Zhao Lei.

“Mereka semua menggunakan ponsel lama, bukan?”

“Hmm,” Zhao Lei mengangguk. Sesaat kemudian dia meralat ucapannya. “Ada dua orang yang mengganti ponselnya dan waktunya bertepatan pada saat insiden itu terjadi.”

“Oh ya? Siapa mereka?” tanya sang detektif. Punggungnya sedikit condong ke depan, mengamati layar komputer.

“Liu Feng, salah satu dari kru. Dan Huilin, seorang penonton.”

“Aku akan menemui mereka. Alamatnya?”

Zhao Lei menyebutkan dua alamat beserta nomor telepon. Dia pun menunjukkan foto mereka pada detektif Wang.

“Kau mencurigai mereka?” Zhao Lei menoleh, menatap sang detektif yang merapikan data.

“Aku harus mengejar petunjuk sekecil apa pun. Baiklah, aku jalan.”

Detektif Wang bergegas keluar dari ruang analis. Sambil berjalan menuju mobil yang terparkir, dia mengingat interogasi yang dilakukan terhadap Leon kemarin sore.

Asisten tampan itu duduk menghadap sang detektif yang menempati kursi di seberang meja. Awal pertanyaan tak jauh dari kegiatan sang asisten selama mengikuti Mark dan semua hal yang diketahui olehnya. Namun tentu saja Leon tidak mudah mengungkapkan semuanya. Dia pun tetap pada pendiriannya bahwa tidak terlibat dalam insiden yang menimpa Mark.

𝐏𝐀𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍 𝓲𝓷 𝓛𝓸𝓿𝓮 [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang