\•\•\•\
Di lantai tiga, di satu tempat yang dibatasi railing kayu di garis pembatas, Wang Yibo berdiri menyandarkan bahu pada tiang tinggi. Dengan kedua tangan di dalam saku celana, sepasang matanya memperhatikan satu sosok manis yang sedang berbincang dengan pria lain. Terlihat mesra dan dilingkupi kebahagiaan, berbanding terbalik dengannya yang memendam perasaan sakit, cemburu dan marah. Dia menunggu kesempatan saat ini, satu celah di mana ia akan menyelesaikan semuanya di sini. Ia harus bisa mendapatkan Sean Xiao, sekarang atau tidak selamanya. Bagaimanapun caranya, meski harus bertindak di luar akal sehat, ia tidak akan pernah lagi melepaskan Sean.
Yibo memicingkan mata di kala melihat pria kekasih Sean berjalan menjauh, meninggalkan sosok manis yang berdiri menunggu seorang diri. Dengan penuh percaya diri, ia melangkah mendekat, menghampiri Sean yang bersandar di tiang lain.
“Sean?”
Sapaan lembutnya membuat Sean menoleh, dan reaksinya sudah bisa ia duga. Sebelum Sean beranjak menghindar, kedua tangannya tergesa menghalangi. Menekan dinding tiang dengan tubuh Sean dalam kungkungannya.
“Sampai kapan kau akan menghindar?” Yibo berkata sambil menelusuri wajah manis yang persis berhadapan.
“Yibo, jangan mencari masalah. Ini tempat umum,” bisik Sean. Mata beningnya yang mengandung kekhawatiran mengedarkan pandangan.
“Apa yang kau takutkan, Sean? Bukankah kau mencintaiku? Kita saling mencintai. Kenapa harus takut pada pandangan luar?” Yibo mendekatkan ujung hidung, menggesek lembut dan menyusuri pipi halus Sean.
“Tidak semudah itu, Yibo,” timpal Sean, sedikit memalingkan muka demi menghindari bertemunya bibir yang nyaris menempel. “Kita tidak bisa lepas begitu saja dari lingkungan kita.”
“Apa kau akan kembali meninggalkanku? Menyakitiku untuk ketiga kalinya? Apakah sebesar itu kebencianmu hingga menginginkan nyawaku? Kau harus tahu, Sean. Rasa sakit yang sekarang akan merenggut jiwaku. Sudah tidak ada lagi hal yang harus kupertahankan di dunia ini jika cinta di antara kita sudah hilang. Sakit yang ketiga kali adalah batas dari hidupku. Hanya kematian yang akan menghilangkan semua rasa.”
“Yibo?” gumam Sean, seiring kilau khawatir di matanya. “Aku tidak pernah mengharapkan hal buruk seperti itu. Kau pun harus tahu kalau aku pun tidak sebahagia yang kau lihat.”
“Tidak bahagia? Kau tidak bisa membohongiku, Sean. Bahkan baru saja aku merasa begitu terbakar hanya dengan melihatmu tersenyum padanya. Kalian memperlihatkan kemesraan di depanku,” desis Yibo.
“Aku tidak bermaksud membuatmu cemburu.”
“Tapi nyatanya kau membuatku menderita,” timpal Yibo. Ia kembali menyentuhkan ujung hidung pada pipi halus Sean dan mendekatkan bibir ke telinga. “Aku harap ini hanya benar-benar akting karena aku hampir tidak tahan lagi,” bisiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐀𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍 𝓲𝓷 𝓛𝓸𝓿𝓮 [𝐄𝐧𝐝]
RomanceSebagai seorang penulis skenario yang sudah memiliki nama, Wang Yibo mendapat undangan untuk membuat satu film dan mempertemukannya dengan seorang aktor yang selama ini dia cari. Pertemuannya dengan Sean Xiao membangkitkan kisah dan luka lama. Namun...