Passion_part 20

342 48 21
                                    

\•\•\•\

Present Day

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Present Day.
Gedung Evening Jade.

Mark memejamkan mata, berputar di kursi kerjanya sambil memainkan pinsil di tangan. Sekilas adegan pertemuannya dengan Sean waktu di Beijing terus berputar di benaknya. Ia mendapatkan pemuda manis itu setelah menyelamatkannya di klub. Membawanya ke Shanghai dan mengukuhkan hubungan mereka dengan tinggal bersama di rumah yang mewah. Ia sudah tak memerlukan apakah ayahnya mengijinkan atau tidak. Pada kenyataannya, sang ayah hanya mampu menyaksikan hubungan mereka yang terus berlanjut. Ia pun selalu membawa Sean ke mana pun dirinya pergi, memberikan peran-peran terbaik untuk pemuda itu sampai tawaran iklan dan akting pun membanjiri Sean.

Ia cukup senang dengan hasil yang didapatkan karena bagaimanapun Evening Jade mendapat imbasnya dari kepopuleran Sean. Ayahnya sudah tak lagi membahas tentang hubungan mereka karena kehadiran Sean sedikit banyak mengangkat nama Evening Jade menjadi lebih terkenal. Ia pun selalu dengan bangga menjadikan Sean sebagai pendamping di berbagai acara.

Tetapi tahun demi tahun berlalu, Sean mulai berubah. Menjadi dingin dan temperamental. Mereka sering ribut hanya karena hal kecil dan pemuda manis itu tidak akan melayaninya dengan berbagai alasan. Hal itu menjadi kebiasaan menjelang tahun ketiga hubungan mereka. Sean benar-benar menolak setiap kali dirinya meminta berhubungan. Ia tidak tahu kenapa tetapi pemuda manis itu selalu pintar memberi alasan. Terkadang ia merutuki diri sendiri karena selalu lemah setiap kali menghadapi sikap Sean yang semakin merenggangkan hubungan mereka.

Kursi itu berhenti berputar dan Mark membuka mata ketika pintu ruangannya terbuka dari luar. Ia melihat Leon berjalan masuk sambil membawa beberapa lembar berkas di tangan.

“Kau sudah mendapatkan hasil?” tanyanya pada Leon.

“Cukup sulit, tapi ada hasilnya,” ungkap Leon. Ia menyerahkan lembaran kertas pada Mark, kemudian duduk di seberang meja, menghadap jendela kaca. Cuaca siang itu cukup terik meski anginnya nampak kencang, terbukti dari liukan pucuk pohon yang tumbuh di dekat gedung Evening Jade. Ia bertumpang kaki dan mengalihkan tatapan pada Mark, ingin melihat seperti apa reaksi pemuda itu begitu mengetahui hasil yang diinginkan.

Hanya hitungan detik berlalu, reaksi Mark langsung terlihat. Dengan wajah merah padam ia menghempaskan berkas ke atas meja. Tangannya yang masih memegang pinsil, menancapkan ujung pinsil pada permukaan meja menyebabkan ujungnya patah dan memantul jauh.

“Pria tua hidung belang! Jadi dia masih penasaran pada Sean?” desisnya geram.

Leon menghela napas sejenak. Sesuai perkiraan, Mark sangat meradang dan dikuasai emosi ketika mengetahui alasan di balik sikap Sean yang berubah drastis setelah bertemu Tn. Ken.

“Tn. Ken meminta Sean pada Vin dan sayangnya, Vin menyerahkan begitu saja. Tidak ada yang menyadari sewaktu Sean mendatangi hotel Shangri-La ada seorang paparazzi yang mengikuti. Paparazzi itu mengetahui semua pembicaraan keduanya namun dia pun kepergok oleh asisten Tn. Ken hingga berita itu tidak muncul ke permukaan. Bagaimanapun hal itu akan mencoreng namanya karena dia tidak berhasil mendapatkan keinginan, tetapi hati yang kecewa membuatnya berkeinginan untuk menjatuhkan Sean setelah berpisah dari Vin. Secara kebetulan, jalannya terbuka lebar karena Sean pergi dari hotel dan di saat yang sama pemuda itu meninggalkan Vin. Tidak ada yang tahu ke mana Sean pergi sampai kita menemukannya di Beijing, tiga tahun lalu,” Leon menerangkan panjang lebar.

𝐏𝐀𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍 𝓲𝓷 𝓛𝓸𝓿𝓮 [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang