💙🌺💙🌺💙🌺
\•\•\•\
Bus itu melaju dengan kecepatan sedang. Rodanya yang besar dan berjumlah banyak melindas jalanan aspal yang mulus dan bergaris. Ladang dan lahan pertanian yang luas menghampar di setiap sisi, menjadi satu pemandangan hijau dan menyegarkan bagi penumpang yang mengisi setiap jok dalam bus. Tidak banyak yang menduduki kursi dari setiap deretannya, hanya beberapa penduduk lokal, para wanita dan pria yang sudah berusia lanjut. Sedikit di antara mereka penumpang yang berpenampilan gaul dan mencolok, meskipun ada anak muda lain namun tidak menarik perhatian seperti dua pemuda yang duduk bersisian.
Mereka adalah Wang Yibo dan Xiao Zhan.
Setelah hari kemarin mereka makan bersama menikmati pangsit buatan ibunya Xiao Zhan, keduanya pulang ke tempat masing-masing dan kembali bertemu di terminal bus pada keesokan harinya. Kini bus yang ditumpangi keduanya sudah mulai memasuki daerah yang menjadi pusat seni bernama Shijia.
Setelah tertidur cukup lama hingga beberapa jam di dalam bus, hari sudah menjelang sore sewaktu keduanya sama-sama terbangun dan kini menikmati pemandangan di sepanjang perjalanan ditemani minuman yang mereka bawa.
“Minummu tinggal sedikit, mau ambil punyaku?” Yibo menawarkan ketika melihat air dalam botol yang dipegang Xiao Zhan tinggal beberapa tegukan lagi.
“Tidak usah. Sebentar lagi juga tiba, kita bisa membeli minum,” Xiao Zhan menolak dengan halus.
“Hmm, kau sering naik bus dan bepergian jauh?” Yibo bertanya sambil ikut memandang ke luar jendela bus.
“Tidak juga, hanya sesekali,” sahut Xiao Zhan.
“Oh ya? Ke mana? Bersama siapa?”
Xiao Zhan menoleh sesaat namun segera memalingkan lagi mukanya ke arah jendela. Wajah pemuda itu sangat dekat sewaktu ia berpaling, bahkan duduk mereka begitu rapat. Sejak ciuman di pipi yang dilakukan Yibo kemarin, ia menjadi sangat canggung. Darahnya berdesir setiap mengingat hal itu dan rasa hangat selalu melingkupi di kala tubuh mereka rapat seperti sekarang. Ia benar-benar tidak yakin dengan perasaannya saat ini, tetapi tanda-tanda itu hanya dirasakan oleh orang yang sedang jatuh cinta.
Itu yang ia ketahui dari buku.
Perasaan itu pun membuatnya mulai galau dan kebingungan. Yang ia takutkan, perasaan Yibo tidak seperti yang ia bayangkan. Mungkin saja pemuda itu hanya menganggapnya sahabat biasa atau sekedar bercanda sebagai teman akrab. Tanpa sadar helaan napasnya terdengar dan berhembus panjang hingga bahunya disenggol oleh bahu Yibo.
“Ada apa? Kau mendadak jadi pendiam dan terus menghela napas. Biasanya kau selalu ingin mendebat semua perkataanku,” Yibo mengerling, mata hitamnya mengamati wajah manis yang sekilas menoleh.
“Apa yang harus kudebat?” Xiao Zhan merengut.
“Apa saja. Aku benar-benar tidak tahu kau pernah pergi ke mana. Mungkin saja kau pernah bermain-main dengan seseorang,” desak Yibo.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐀𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍 𝓲𝓷 𝓛𝓸𝓿𝓮 [𝐄𝐧𝐝]
RomansSebagai seorang penulis skenario yang sudah memiliki nama, Wang Yibo mendapat undangan untuk membuat satu film dan mempertemukannya dengan seorang aktor yang selama ini dia cari. Pertemuannya dengan Sean Xiao membangkitkan kisah dan luka lama. Namun...