\•\•\•\
Tiga hari menjelang sidang.
Detektif Wang terlihat berjalan keluar dari pintu rumah sakit Sixth’s People. Di tangannya tergenggam erat sebuah file bersampul map biru muda. Di kala dia tiba di dekat mobilnya dan hendak membuka pintu, tiba-tiba satu pukulan keras mengenai leher belakang. Dia nyaris tak sadarkan diri karena matanya mulai berkunang-kunang, namun dia masih mencoba bertahan untuk melihat siapa yang menyerangnya namun belum sempat tubuhnya berputar, sosok itu bergerak lebih cepat menahan lengannya dan menarik paksa file di tangan. Sedetik kemudian, sosok berpakaian serba hitam itu melesat pergi dan menghilang di antara mobil yang terparkir. Setelah kepergian sosok asing itu, detektif Wang menggelosor jatuh tepat menimpa jok mobil hingga setengah tubuh bawahnya terjuntai keluar.
Kesadaran sang detektif kembali muncul setelah dirinya berbaring di sebuah ranjang rumah sakit. Dia tersentak bangun, meringis pelan sambil memegangi leher.
“Akhirnya kau bangun.”
Satu suara membuatnya berpaling. Baru menyadari kalau asistennya duduk di dekat ranjang pada satu kursi kayu.
“Berapa lama aku pingsan?” desis detektif Wang.
“Beberapa jam. Sekarang hampir menjelang jam makan malam,” sahut Jia Er.
“Sial!” umpat sang detektif. “Kau tidak menemukan siapa yang memukulku?”
“Aku sudah memeriksa cctv rumah sakit tetapi dia menggunakan masker. Aku tidak jelas melihat wajahnya.”
“Brengsek!”
Lagi-lagi umpatan tercipta dari bibir detektif Wang. “Dia mengambil hasil tes pemeriksaan Mark,” lanjutnya.
“Itu berarti dia mengetahui langkah kita. Dia tidak ingin rahasianya terbongkar,” sambut Jia Er.
“Aku harus meminta lagi keterangan yang sama. Sialan! Dia benar-benar bekerja keras untuk menghalangi usaha kita.”
“Tentu saja. Siapa pun tidak pernah ingin kejahatannya terungkap.”
Detektif Wang mendengus jengkel dan menurunkan kedua kaki. Dia masih menggerakkan lehernya yang terasa pegal dan berdenyut.
“Tapi untungnya, aku menemukan siapa yang membawa Xie Lian. Setelah kutelusuri, ternyata dia tidak pergi jauh. Seseorang yang membawanya justru memberikan gadis itu pada kita,” kata Jia Er.
“Apa maksudnya?”
“Seperti surat yang kau dapatkan secara anonim. Satu lagi yang datang pagi tadi tepat setelah kau keluar dari kantor polisi.”
Jia Er meraih satu amplop dari atas meja nakas. Amplop yang dia bawa untuk diperlihatkan pada sang detektif dan sangat bertepatan dengan pingsannya detektif Wang di tempat parkir. Dia menyodorkan amplop dan membiarkan detektif Wang memeriksa isinya.
“Aku bisa menebak siapa yang melakukannya,” gumam detektif Wang.
“Siapa? Apakah dia seseorang yang sama yang menunjukkan tentang Darren?” selidik Jia Er.
“Hmm.”
“Sebenarnya siapa mereka? Kau pikir tujuannya baik?”
Detektif Wang menoleh sekilas.
“Aku pun tidak menyangka akan ada pihak mereka yang masuk. Benar-benar di luar dugaan,” ujarnya.
“Siapa sebenarnya? Kau belum mengatakan apa pun tentang kepergianmu kemarin,” desak Jia Er.
“Kau akan terkejut mendengarnya.”
“Apakah seperti ada petasan meledak di dekatku?” Jia Er berkata gusar.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐀𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍 𝓲𝓷 𝓛𝓸𝓿𝓮 [𝐄𝐧𝐝]
RomanceSebagai seorang penulis skenario yang sudah memiliki nama, Wang Yibo mendapat undangan untuk membuat satu film dan mempertemukannya dengan seorang aktor yang selama ini dia cari. Pertemuannya dengan Sean Xiao membangkitkan kisah dan luka lama. Namun...