Itu sekitar pukul tiga pagi.
Hongjoong selesai untuk merapikan gudang yang akan ia gunakan, berencana untuk membicarakannya nanti, tapi ia juga berpikir untuk mengecat dindingnya, pun menambal dengan pengedap suara sebagaimana di ruang klub musik kampus.
Kelelahannya membawa ia ke kamar, berniat untuk mandi sejenak sebelum tidur nantinya. Beruntung saja, ini sudah masuk ke Hari Minggu, ia tak memiliki jadwal apapun nanti.
Ketika memasuki kamar, Hongjoong mendapati Mingi sudah tertidur di atas kasur secara meringkuk. Setidaknya yang Hongjoong ketahui seperti itu. Dan tentunya ia tak habis pikir; Hongjoong hanya melepaskan kausnya yang penuh keringat, menaruhnya di kursi.
Segera ia masuk ke dalam kamar mandi untuk mempercepat seluruhnya; membersihkan dirinya sampai seluruhnya, bahkan ia keramas lagi setelah siang tadi juga melakukannya.
Sembari melakukannya, Hongjoong terus tersenyum sesekali, membayangkan jika benar diperbolehkan, The Overload akan memiliki basecamp. Itu adalah sesuatu yang ia inginkan sejak lama sekali.
Setelah mandi, Hongjoong pun keluar dengan handuk melingar di pinggangnya. Tak lupa setidaknya mengacak rambutnya, untuk membuat air-air berkurang dari helaian rambutnya.
Tapi, hampir saja ia terlonjak, saat melihat bagaimana Mingi yang sebelumnya ia lihat sudah tidur, kini duduk di tepian kasur. Menunggunya di sana, sembari memperhatikannya.
Hongjoong mengusap sekilas dadanya sendiri.
Mencoba abai dengan berjalan ke arah lemari untuk mengambil pakaiannya, tapi suara Mingi menginterupsinya.
"Rasanya sakit hati itu gimana?"
Tentu Hongjoong yang tak siap dengan pertanyaan itu hanya menggerenyit, lalu menoleh padanya. "Huh?"
Mingi terlihat menatapnya lekat, juga menelan ludahnya kesusahan untuk melanjutkan. "Kalau mendam rasa itu gimana?"
"Ya..." walau masih tak mengerti, tapi Hongjoong berusaha menjawabnya. Toh, ia merasakan hal yang sama. "Ya, pendam aja... gak ada yang berubah karena memendam gak buat perubahan."
"Jadi..."
"Ada risikonya, tentu, Mingi." Hongjoong melihatnya seperti tengah menyimpan masalah seorang diri, membuatnya menghela napas dan mendekat ke arah tepian tersebut untuk menghampirinya. "Dan risiko dari memendam itu biasanya merugikan diri sendiri."
Mingi mengangguk, tatapannya terlihat sedih. "Aku juga gak mau kayak gini..."
"Gini gimana?" Hongjoong yang masih belum bisa menangkap arah pembicaraan, berhenti tepat di hadapan Mingi. Menatapnya agak khawatir dari posisinya berdiri.
"Peraturan-peraturan itu dibuat untuk apa?"
"Peraturan?" tanya Hongjoong yang agak bingung untuk menyatukan ucapan terpisah tersebut. "Peraturan... kita? Dibuat untuk ini... tentu aja."
Tapi jawaban Mingi membuat Hongjoong langsung menggerenyit. "Memang Seonghwa itu tidur dengan dua orang di belakang pacarnya buat apa?"
Hongjoong tak menjawab.
Sementara tak mendapatkan jawabannya, membuat Mingi menggeleng, tak melepas sama sekali. "Buat apa?"
"Itu urusan dia." suara Hongjoong berubah, menjadi bernada dingin juga serius.
"Gak, kamu bohong." Mingi membalas cepat, sangat cepat. "Aku yakin kamu bohong selama ini."
Lagi, Hongjoong dibuat bungkam.
Lawan bicaranya, tak melepaskan itu sama sekali. "Kamu cover Seonghwa selama ini, tentang Jaehyun dan Doyoung. Seonghwa fitnah kamu, jadiin kamu kambing hitam. Dan kamu gak ada pengelakan sama sekali, seolah, kamu memang udah siap jikalau hari itu datang."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON (ATEEZ BXB SMUT)
FanfictionThe rule is; we can't fall in love with each other. Dilema dari 8 orang yang memilih untuk tinggal bersama. Seluruh perasaan yang semula terkubur, muncul ke permukaan satu per satu. Menyakitkannya, bukan hanya itu masalah yang timbul diantara mereka...