Octagon - 35 : Terancam Terpesona

453 43 5
                                    

Sepulang kuliah, Jongho yang merasa kelelahan dan jenuh memilih untuk langsung membawa diri ke halaman belakang. Berniat untuk berenang sesegera mungkin, tapi ia menemukan Wooyoung duduk di tepian kolam. Sehingga sembari melepaskan ransel juga sepatunya, ia mendekat.

"Kak Wooyoung gak ke kampus ya?"

"Enggak." Wooyoung terkekeh kecil, senyumnya mengembang begitu melihat Jongho — sepertinya memang sejak tadi sendirian. "Daritadi bosan, belum pulang yang lain."

Jongho terkekeh kecil, lalu mendorong bahunya bercanda. "Kasihan, gak ada yang bisa diajak bercanda."

"Gue ceburin langsung loh, Jongho?" balas Wooyoung, bertingkal kesal, namun sebenarnya ia bercanda.

Segera Jongho mengatupkan kedua telapak tangannya, seperti meminta ampun. Sebelum kemudian ia menggulung celananya sampai lutut untuk mengikuti posisi Wooyoung, duduk di sampingnya terlebih dahulu, mengurungkan niatnya sebelumnya.

"Kalau bosan begini, bagusnya kita berenang sih, kak."

"Lo aja?" Wooyoung meliriknya, kedua kakinya bergerak memainkan air. "Gue males mandi lagi."

Jongho mengangguk-angguk.

"Sebenarnya gue lagi mikirin ini sih."

"Apa?" tanya Jongho pada teman sekamarnya tersebut. Walau memang kini mereka harus tidur bertiga bersama Juyeon yang masih menginap. "Kenapa, kak?"

Wooyoung tak bisa menahan tawanya melihat bagaimana Jongho melihatnya begitu serius. Segera ditepuknya paha tersebut sambil menggelengkan kepalanya. "Serius amat."

"Ya kan kak Wooyoung gak biasa kayak gini." cicit Jongho, tak sadar agak mengerucutkan bibirnya

"Gini gimana?" tanya Wooyoung lagi. "Karena bilang lagi mikirin sesuatu?"

Anggukan Jongho menjawabnya.

Benar adanya, yang Jongho tahu, Wooyoung selama ini selalu ceria. Jadi aneh sekali jika mendengarnya memberikan nada yang terkesan serius, maupun terkesan terbebani akan sesuatu.

"Heh, gue cuma mikirin, gimana kalau Jumat nanti kita buat party."

"Party?" Jongho memiringkan kepalanya.

Wooyoung mengangguk cepat, wajahnya menjadi sangat sumringah. "Ya. Mau Ovu menang atau enggak, tapi kita rayain aja buat mereka. Gimana? Kita tinggal serumah bukan untuk bukan apa-apa, kan?"

Tak sadar Jongho memiringkan kepalanya karena bingung. "Apa tadi kalimatnya, kak?"

"Halah." Wooyoung mengibaskan tangannya, tahu bicaranya agak berantakan. "Pokoknya, kita manfaatin diri karena kita serumah. Jadi kita buat party untuk Ovu."

"Buat kita aja?"

"Enggak, lah." balas Wooyoung kembali. "Fansnya diundang, alias anak-anak kampus."

Sontak Jongho merinding di sana. "Kak, yang seangkatan sama aku banyak loh yang ngefans sama mereka..."

"Terus?"

"Gak apa sih." Jongho memasang wajah hampir menangis, secara main-main. "Cuma aneh aja kalau mereka di sekitar."

"Ya ampun, bocah." Wooyoung tertawa, tangannya langsung mengacak rambut Jongho dengan gemas. "Santai. Tapi lo minum alkohol gak? Kemarin sebelum kita pindah ke sini, pesta mahasiswa baru lo datang?"

Jongho mengangguk-angguk sambil menjauhkan tangan Wooyoung, tak ingin pemuda itu memiliki kebiasaan yang sama seperti yang sering Hongjoong lakukan padanya. "Datang kok. Dan, aku bisa minum kak."

✔️ OCTAGON (ATEEZ BXB SMUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang