Ketika musik masih bertabuh mendominasi, Hongjoong menelan cairan dari mulut Jennie itu sepenuhnya.
Masih dengan posisi duduknya — pahanya dilebarkan, kakinya terlipat. Hongjoong memundurkan punggungnya kali ini, membuatnya mencondong ke belakang. Sama sekali membiarkan Jennie memposisikan satu kakinya — kaki kanannya — diantara kedua paha Hongjoong. Berada di tengah, menghadap rok pendeknya.
Lagu itu tentu belum selesai.
Spotlight diberikan untuk instrumental terlebih dahulu.
Sembari Hongjoong melirik ke arah penonton, ketika Jennie menaruh botol whiskey tersebut di samping tubuh Hongjoong. Jennie agak menekan ujung sepatunya ke balik rok Hongjoong, yang sebenarnya, sudah sangat terangsang sejak penampilan banyak lagunya.
Dorongan kepuasan.
Euforia yang hanya bisa ia rasakan.
Hongjoong sudah diambang nafsunya.
Kembali, giliran adalah untuk Jennie. Ketika musik itu sampai pada titik di mana Jennie harus menyanyikan liriknya, perempuan yang bisa menatap siapapun dengan sangat tinggi tersebut hampir mendekatkan kepala mic-nya lagi pada mulutnya.
Satu yang tak disangka.
Hongjoong justru menarik lengan Jennie yang memegang mic merah mudanya ke bawah, sedangkan tangan Hongjoong yang memegang mic putihnya diangkat ke atas. Hongjoong ikut menggenggam mic milik Jennie, untuk menempatkannya mengarah pada Hongjoong, namun menempel di selangkangan perempuan tersebut.
Sehingga kini, cara Jennie memegang mic miliknya seperti lelaki tengah memegang alat kelaminnya yang menegang, dibantu dengan Hongjoong yang masih bertumpu lutut. Sedangkan mic putih milik Hongjoong yang sejajar dengan mulutnya, akan ia gunakan, untuk bernyanyi.
Jennie memberikannya izin.
Toh, mereka telah saling setuju, untuk menyetujui apapun yang terjadi di atas panggung, dalam kesadaran maupun tidak.
"This is the world we live in."
Jennie menatap bagaimana Hongjoong membelai mic-nya, seolah tengah melakukannya pada sebuah penis. Jennie menatap bagaimana Hongjoong bertindak seperti dialah yang perempuan, sementara dirinya yang laki-laki.
"Stuck even though our mind are spinnin'."
Dari posisi Hongjoong yang masih bertumpu lutut, Hongjoong mulai menjulurkan lidahnya. Mempertemukan ujung lidahnya dengan badan mic merah mudah itu — menjilatnya, menyusuri juga jemari Jennie yang masih menggenggamnya.
"Boy rape girl. Men rape women."
Sama sekali Hongjoong tak keberatan dengan posisinya sekarang.
"Those in power who rape the weak."
Padahal di atas ranjang, di kehidupan seksualnya, Hongjoong tak pernah membiarkan siapapun mendominasi. Tapi di sini sekarang? Yang Hongjoong lakukan adalah sebuah gambaran dari pahitnya realita.
Perempuan maupun yang lemah, berlutut untuk lelaki maupun yang memiliki kuasa.
Hongjoong masih menjilat antara jemari dan badan mic milik Jennie, sembari menahan tangannya yang terangkat ke atas untuk memegang mic miliknya agar perempuan itu bisa bernyanyi.
"They can rape a woman in their pants." Jennie menatap Hongjoong dengan terbawa nafsunya juga, melihat tatapan Hongjoong terkunci padanya saat perlahan, mengecup kepala mic-nya seperti seorang submisif memanjakan seorang dominan. "They can rape a man in their skirt."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON (ATEEZ BXB SMUT)
FanficThe rule is; we can't fall in love with each other. Dilema dari 8 orang yang memilih untuk tinggal bersama. Seluruh perasaan yang semula terkubur, muncul ke permukaan satu per satu. Menyakitkannya, bukan hanya itu masalah yang timbul diantara mereka...