Octagon - 68 : Akhir Kebohongan

332 32 9
                                    

Sudah lima atau enam panggilan, tapi tak ada satupun yang diangkat.

Di titik itu, rasa kecewa menyelubunginya. Seonghwa menjauhkan ponsel dari arahnya menatap, melihat bahwa Hongjoong benar tak mengangkat panggilannya lagi. Padahal Seonghwa telah mengatakan itu, ketakutannya itu.

Seonghwa menekan napasnya sesaat, berdiri di depan kamarnya sendiri bersama Younghoon. Rasanya menyakitkan ketika Seonghwa selalu berakhir pada Hongjoong untuk mencari bantuan. Tapi selalu juga, Hongjoong tak pernah memberikannya bantuan.

Perginya Yeosang membuatnya khawatir bukan main, terlebih akan sesuatu yang baru terjadi semalam. Setidaknya ia mengenal Yeosang, tak biasanya ia akan nekat seperti ini. Pergi bersama orang lain selain mereka, yang mana Seonghwa tahu, Yeosang tak bisa sedekat itu dengan orang-orang di luar pertemanan ini.

Seonghwa merasakan Younghoon mengusap punggungnya. Tapi Seonghwa tak melirik, selain menatap layar ponselnya dan mencoba memikirkan hal lain. Ah, bukan hal lain. Tapi opsi lain. Sehingga ibu jarinya mulai menggulir layar, untuk mencari nama kontak lainnya.

Desanrio.

Agak ragu, memikirkan akan San yang terus menjaganya, dan kini harus latihan. Tapi Seonghwa tak bisa memikirkan hal lain. Jongho, Wooyoung dan Mingi, di rumah, tak tega untuk ia ganggu lagi.

Jadi pada akhirnya, Seonghwa menekan panggilan.

Selagi Younghoon terus memperhatikan dan menunggu. Yang membuatnya merogoh ponsel dari sakunya sendiri, karena sejak tadi bergetar dengan banyaknya pesan masuk yang tak biasa. Sempat membuat ia berpikir bahwa getaran itu berasal dari pesan grup, tapi seingat Younghoon, ia telah mematikan notifikasi grup.

Di saat Younghoon mengeceknya, Seonghwa masih menunggunya terangkat.

Ada banyak pesan masuk, dari banyaknya kontak. Hampir semua mengirimkannya sebuah link menuju halaman twitter. Younghoon agak menggerenyit, sampai berakhir dengan menekannya.

Terbuka.

Bersamaan dengan panggilan itu terangkat.

"San...!"

Seonghwa langsung memanggilnya. Dirinya menggigit bibir bawahnya, sambil mencoba menahan rasa takutnya. Di sebrang terdengar suara San bertanya, sambil meminta Seonghwa menunggu karena ia harus keluar dari aula yang sangat gaduh tersebut.

Di posisi Younghoon, dia membaca satu tweet dari sebuah base kampus mereka yang orang-orang kirimkan. Menunjukan bagaimana balasan-balasan orang-orang pun tertuju pada satu orang, yang membuat Younghoon secara perlahan, melirik kekasihnya.

"San... udah bisa dengar aku bel—"

Tangan Seonghwa yang memegang ponselnya digenggam secara tiba-tiba. Seonghwa sampai harus menelan kalimatnya, saat ia menatap ke arah Younghoon, yang menatapnya tak percaya, sampai menunjukan apa yang tertera di layar ponselnya

Sesuatu yang membuat jantung Seonghwa rasanya berhenti berdetak.

"Sekarang udah. Kenapa, mm?"

Suara San di sebrang jelas terdengar, tapi arah Seonghwa menatap, hanya tertuju pada layar. Sebelum cengkraman di lengannya agak menguat, memaksanya untuk mengangkat wajah dan menatap Younghoon di sana.

Kala itu, semuanya terasa menyakitkan.

"Seonghwa? Seonghwa, bisa dengar aku, gak? Ada apa?"

Younghoon terlihat menelan ludah susah payah, seolah, tak bisa untuk membedakan dan mencari, mana yang harus ia percaya. "Ini apa... Sayang? Semua orang... bilang ini kamu..."

✔️ OCTAGON (ATEEZ BXB SMUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang