Kepanikan itu dirasakan Juyeon terlalu luar biasa.
Diantara riuh dan banyaknya orang berkumpul, dalam kubu yang berbeda, Juyeon masih berada di lingkaran terluar. Sesekali melirik ponselnya dengan panik, berharap mendapatkan balasan.
Bahkan kelasnya tak ia datangi, Juyeon juga sebenarnya ingin menyeret Wooyoung keluar kelas milik sosoknya tapi ia tak sanggup.
Hingga kemudian, dari belakang, tiga orang menghampirinya tergesa.
Juyeon langsung bersyukur, menunggu langkah mereka benar sampai. Belum ada hal yang mereka tanyakan, Juyeon langsung menunjuk ke arah kerumunan depan.
"Hongjoong... Hhh..."
"Dia kenapa?" tanya Mingi secara cepat. Tubuh jangkungnya, sama seperti tiga lainnya berusaha menatap ke depan. "Ribut apa ini?"
Menahan amarahnya, Juyeon menggeram. Ingin rasanya ia melampiaskan pada sesuatu, namun tak sanggup.
Justru hal itu membuat yang lainnya semakin tak mengerti.
Namun kemudian Juyeon mengusap wajahnya kasar, menaruh ponselnya ke dalam saku, lalu menunjuk lagi ke arah inti dari kerumunan. "Lo... hhh, lo pada mending ke sana dan lihat sendiri..."
"Apa, anjing?" Mingi mengerang, sebelum menembus kerumunan secara kasar. Menabrak siapapun yang saat itu menghalangi tubuhnya.
Selagi Yunho bertukar padang pada Juyeon dan Younghoon, lalu mengikuti langkah Mingi. Meninggalkan bagaimana Juyeon kali ini mendekat pada Younghoon, dengan secara perlahan menggelengkan kepalanya dan berbisik secara lelah.
"Lo bisa pergi, Younghoon. Tapi, kalau lo mau sampai akhir sama kami, kita butuh bantuan lo."
Di inti lingkaran, terdapat bagaimana Hongjoong dikerumuni oleh orang-orang. Yang terdekat, seolah tengah bersorak untuknya. Sementara yang agak jauh, mengumpat dan mencaci maki dirinya.
Serta merta dengan seruan bersifat rendah itu; sebagai pemerkosa.
Mingi menatap tak percaya, dengan jantungnya yang berdetak cepat. Juga bagaimana Yunho yang sampai di sampingnya, untuk membaca situasi di sana.
Sayangnya mereka tak paham.
Tidak sampai Hongjoong yang tengah berseru, dengan secarik kertas kusut di tangannya, menangkap kedua orang tersebut. Hongjoong langsung berhenti dari gerakannya memutar sebelumnya. Kini posisinya berdiri lurus, dengan menumpukan satu beban tubuh pada satu kakinya.
Tampangnya slengekan.
Wajahnya bercucuran keringat, yang mampu menjabarkan, walau dia terlihat seperti itu, ada sebuah... kecemasan? Kekecewaan? Kemarahan? Atau rasa muak?
Mingi dan Yunho tak bisa menebak.
Dan Hongjoong, mengulurkan kertas yang dipegangnya, ke arah Mingi dan Yunho yang terpaut sekitar dua meter darinya.
"Tebak, Gi, Yun, gue bawa kabar apa?" tanya Hongjoong, sebelum tertawa seperti gila. Dengan nyalang, yang justru disambut oleh sorakan riuh dari para fansnya seolah ini adalah sesuatu yang patut dibanggakan, di area taman kampus dekat gedung Seni Teater tersebut. "Leader lo berdua, sekarang sudah resmi, bukan mahasiswa Universitas Bakti Bangsa, Jurusan Seni Musik Angkatan 2020 lagi."
Napas Mingi dan Yunho tercekat secara bersamaan.
Hongjoong membawa arah kertas kusut itu ke hadapannya lagi, seolah tengah membacanya sambil mengangguk-angguk. Sebelum kemudian Hongjoong membawanya lagi ke depan dan menjilat bibir bawahnya, seiring dengan seringai yang muncul di sana.
"Gue dikeluarin dari kampus." kekeh Hongjoong, wajahnya dan langkahnya perlahan memutar, menatap orang-orang di sana sambil memberikan ekspresi tersakiti. "Sialan. Gue tau gue gak bisa main lunak."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON (ATEEZ BXB SMUT)
FanficThe rule is; we can't fall in love with each other. Dilema dari 8 orang yang memilih untuk tinggal bersama. Seluruh perasaan yang semula terkubur, muncul ke permukaan satu per satu. Menyakitkannya, bukan hanya itu masalah yang timbul diantara mereka...