Octagon - 02 : Di Sekitar

691 72 5
                                    

Bersama di halaman belakang rumah tersebut, San dan Yeosang tengah bermain lempar tangkap selepas makan malam mereka semua. Kebetulan, yang lainnya tengah melanjutkan pekerjaan masing-masing untuk membereskan barang — sengaja menyelesaikannya hari ini agar mereka sudah bisa bersantai esok hari. Tapi San dan Yeosang memilih untuk bersantai saat itu.

Sepasang teman sekamar itu akhirnya bisa bermain, tanpa harus menunggu minggu pagi, di mana sudah kebiasaan keduanya bertemu untuk berolahraga bersama.

Dengan tinggalnya mereka serumah sekarang, semua jadi akan lebih mudah, bukan?

Setidaknya itu yang mereka pikirkan untuk hal-hal lainnya.

Seperti selain untuk olahraga, tapi pertemuan mereka sehari-hari, tak perlu mengandalkan tempat tinggal salah satu. Singkatnya, mengumpulkan semuanya lebih mudah daripada harus menginap.

Tapi dalam hati, Yeosang agak keberatan dengan itu.

Tentu bukan karena ia tak suka berkumpul; tidak sama sekali. Ia sangat menyukainya walau jika orang melihat, Yeosang mungkin seperti pasif dan hanya diam mengikuti arus.

Hanya saja, ini dia.

San.

Di posisinya, Yeosang terkesiap ketika San melempar bola itu agak keras, tak tertangkap dan mengenai kepalanya. Yeosang langsung memalingkan wajah, refleks menyentuh kepalanya.

Secara cepat, San tertawa sambil meminta maaf. Berjalan cepat ke arahnya lalu mencoba memeluknya dari belakang, sembari mengusap kepalanya. Namun Yeosang berusaha menahan tangannya.

Jelas, ini.

Yeosang menaruh rasa terhadapnya.

Sebenarnya Yeosang tak tahu, kapan pasti ia bisa terjatuh pada San. Padahal selama ini, San sudah memiliki kekasih. Pun ketika ia belum, San disukai banyak orang karena ia adalah sosok yang social butterfly.

Entah, Yeosang tak benar-benar tahu.

Tapi selama ini, ia selalu berdebar jika berada di dekat San.

Dan sekarang...

"Hei, hei, gak apa? Lo gak apa, kan?"

...mereka adalah teman sekamar.

Yeosang tersenyum tak enak, sembari masih mencoba menghindar.

Tetapi San terus mencoba untuk melihatnya sambil tertawa kecil, yang membuat pada akhirnya ia berhasil menangkup kedua pipi Yeosang. Menatapnya dari dekat, dengan tatapan ke kanan dan kiri pipinya, memastikannya tak terluka.

"Gak apa, kan? Sorry, sorry~"

"Kepala yang kena..." Yeosang ikut tertawa, namun dengan canggung. "Udah, gak apa, loh."

San tertawa semakin keras. "Eh, kepala? Aduh, maaf~"

Rupanya keributan itu memanggil yang lainnya untuk datang. Tak seluruhnya, kebetulan hanya Mingi, yang merangkul Jongho dan agak penasaran akan apa yang terjadi.

Melihat pemandangan itu, Mingi langsung melepaskan rangkulannya dan beranjak cepat menuju San. Mingi menghentak pakaian belakang San, sembari tertawa melihat bagaimana Yeosang seperti kesulitan untuk meminta San menjauh darinya.

"Hei! Kamu ngapain Yeosang, hei! Anak orang!"

Yeosang mengibaskan tangan, sembari mencoba membuat San berhenti menangkup pipinya. Hendak mengatakan 'tak apa', tapi ia kesulitan untuk itu. Mingi sendiri tak berhenti untuk menghentak San berulang, yang ikut tertawa sembari berucap maaf berulang kali.

Itu menyenangkan, bersama itu menyenangkan.

Jongho sendiri ikut tertawa melihat pemandangan tersebut.

Sembari memerhatikan seseorang yang membuat hatinya menghangat.

Tidak, Jongho tak berharap lebih.

Lagipula ia tahu akan peraturan itu.

Hanya saja, hatinya, selalu berdebar, setiap kali melihat sosok itu disekitarnya.

— — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — —

Sebentar yaaaa, pelan-pelan dulu, mungkin masih belum terlihat apa-apa ehehehe~!

Love, Luxor.

— — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — —

Octagon.

— — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — —

2022 © luxoreitijeu

✔️ OCTAGON (ATEEZ BXB SMUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang