Octagon - 93 : Jembatan

324 35 2
                                    

Beberapa ketukan terakhir, menjadi penutup lagu tersebut.

Mingi langsung melempar tubuhnya ke belakang, di posisi duduknya, sambil menahan bebannya. Masih dengan kedua stik drum terkait di jemarinya, sembari terengah secara berulang, atas latihan tanpa istirahat mereka selama tiga jam penuh.

Sedangkan Younghoon, bersandar pada dinding. Selagi Yunho menaruh lepas gitar yang terkalung di tubuhnya.

Juyeon merogoh ponsel di saku celananya.

Dengan itu, pandangan ketiga lainnya teralih. Melihat, apa yang kemudian membuat pemuda itu mendesahkan napasnya cukup kasar di sana.

"Kenapa? Hongjoong?" tanya Yunho cepat.

Juyeon menggeleng, "no. Hongjoong bukannya latihan sama Hunters pagi ini? Katanya biar nanti fokus sama kita."

"Terus?" Younghoon mendekat ke arahnya dengan penasaran.

Sambil mengerang tipis, Juyeon menjawab. "Ini cuma... salah satu anak lingkaran dalam. Ngasih nomor kamar."

"Oh." kalimatnya membuat Yunho menghela napasnya, lalu mencari ponselnya yang di charge di sekita, dan melihat pesan masuk yang juga tertuju padanya. "Ah, ini juga."

"Jam berapa?"

"Sembilan malam." jawab Juyeon pada Younghoon yang sebenarnya bertanya pada Yunho. "Mereka minta jam sembilan malam."

"Hotel mana sebenarnya?" tanya Younghoon lagi.

"Delphine Hotel."

Jawaban Juyeon membuat Younghoon tersentak. "Loh? Itu hotel milik Purnomo Group?"

"Mm-hm." Juyeon menganggukkan kepalanya. "Pengelolanya sekarang, alumni tempat ini. Maksudnya, ya, masih satu keluarga Purnomo."

Mingi selanjutnya tak ingin membuat situasi menjadi menegangkan, jadi ia berdiri dan mendekat. Mingi meremas bahu Yunho yang mencoba menguatkannya. "Pokoknya nanti, lo harus ngobrol dulu sama Yeosang selepas dia pulang dari kampus. Yang penting sekarang, Yeosang seenggaknya aman. Ada Yeonjun yang jaga dia selama di kampus, pura-pura semuanya normal."

"Gue jadi khawatir juga sama Wooyoung." Juyeon menghela napasnya. "Walau dia janji langsung kabarin gue beres kelas. Nanti gue jemput dia dulu."

"Seonghwa juga." Younghoon mendudukan dirinya, secara bersila lalu bersandar lagi pada dinding. "Sama San."

"San bilang Arin gak akan masuk kuliah untuk seminggu." Mingi berucap. "Masalahnya, kapan anak itu mau paham kalau Arin justru budak? Di sini menurut gue, Arin juga perlu dilindungi, kan?"

Tapi Juyeon mengerang lagi, merasa jengah dengan cukup keras. "Halah, gue muak sama si San. Gak jelas. Cuma nanti di kampus, gue kasih tau si San kalau mending dia ke rumah Arin. Takut ada apa-apa."

"Terus Seonghwa?"

Juyeon memutar matanya, mendengar pertanyaan Younghoon. "Ya lo ikut gue, ayo? Lo jemput Seonghwa sekalian. Hongjoong juga gak akan keberatan."

"Gue mantannya padahal." Younghoon mengunyah bibirnya dengan ekspresi sedih. "Ya udah, kabarin aja."

"Gak apa kan kalau gue sama Younghoon ke kampus dulu? Gak akan masuk kelas kok." ucap Juyeon kemudian.

Yunho mengangguk, melirik pada Mingi sekilas dan mengangguk lagi. "Santai. Sekalian kita break dulu."

"Ya, lagian nanti kita urus macam-macam juga di sini." Mingi menambahkan. "Gue ini juga harus stand by kalau Hongjoong nyuruh ini itu."

"Bentar, ada yang Hongjoong harus beli kemarin dan kita belum dapat, loh?" Yunho langsung menatap ke arah Mingi. "Yang dia minta berlusin-lusin itu?"

Tersadar, Mingi langsung terkesiap. "Shit. Ya udah, gue sama Yunho keliling kota dulu. Lo berdua ke kampus. Jangan lupa kabarin apapun dan bawa anak-anak rumah balik."

✔️ OCTAGON (ATEEZ BXB SMUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang