Octagon - 06 : Palsu

515 56 5
                                    

Wooyoung adalah orang pertama yang pulang, menggunakan kendaraan umum karena tak ingin banyak menghabiskan waktu di kampus tanpa teman-temannya. Tapi sayang sekali, karena ia satu jam lebih cepat dari siapapun, membuatnya hampir mati kebosananan jikalau pintu utama tak terbuka kemudian.

Beruntung seseorang pulang.

Ah, tidak.

Ternyata dua orang, walau salah seorang lagi bukan penghuni tempat ini.

San tersenyum lebar sembari mempersilahkan Arin untuk masuk. Di saat Wooyoung menghampiri pintu dan melihat mereka datang, ikut menyambut pula di kediaman mereka tersebut.

"Loh, San, udah bawa cewek lo aja ke sini."

"Arin penasaran katanya." ucap San, mengusap punggung Arin yang berjalan mendekat ke arah Wooyoung.

Arin mengedarkan pandangannya, dalam takjub. Memperhatikan sekitarnya seperti anak kecil dibawa melihat sesuatu yang memukai untuknya. "Rumahnya besar banget!"

Wooyoung terkekeh langsung, sembari menepuk dadanya juga. "Gue yang cari lho!"

"Oh ya?" tanya Arin sumringah, sebelum membiarkan San mendekat lagi dan memeluk pinggangnya. Diliriknya kekasihnya itu dengan tatapan imutnya. "Bagus ya pilihannya~ Arin mau lihat kolam renangnya!"

"Sama Wooyoung, ya?" ucap San, beralih pada Wooyoung--hendak meminta tolong. "Titip Arin dong. Gue beneran ingin mandi. Gerah banget."

Tentu Wooyoung mengangguk tanpa ragu.

Segera menendang pantat San ketika ia menjauh setelah mengusap rambut Arin. Membuat Wooyoung pun kemudian mengulurkan tangannya pada sang gadis, mengajaknya untuk mengikutinya menuju taman belakang.

Selagi San segera menaiki tangga sambil terkekeh, Wooyoung melirik Arin yang terlihat begitu senang di sana.

Ah, lagipula Wooyoung pikir bagaimana Arin tak senang?

Arin... beruntung sekali.

"Arin, tadi San latihan dulu gak?"

"Oh, latihan." Arin menjawab saja pertanyaan tiba-tiba namun santai dari Wooyoung, dalam langkah mereka menuju keluar. "Tadi Arin nunggu dulu San latihan, bareng Yunho."

Wooyoung hanya mengangguk saja, sebelum memperlihatkan suasana halaman belakang tersebut pada Arin yang langsung takjub melihatnya. Melihat bagaimana hamparan rumput, taman kecil, gazebo, kursi pantai berjajar dan juga kolam renang itu terlihat sangat cocok di sana. Arin langsung berlari untuk mengamati satu-per-satu bagian di sana, selagi Wooyoung hanya diam mematung.

Beruntungnya.

Arin beruntung sekali.

Wooyoung kadang berpikir, jikalau dia dilahirkan sebagai perempuan, akankah ia beruntung juga?

Ah, tak mungkin.

Arin adalah sosok yang ceria dan lembut.

Sementara Wooyoung?

Wooyoung senang sekali bercanda, berisik dan sangat bersemangat. Jikalau memang San dilahirkan menyukai sesama atau keduanya, Wooyoung tetap yakin ia akan berada di urutan terakhir.

Toh... San tak akan bisa melihatnya.

"Heh, jangan sampai lo naksir cewe gue ya."

Hampir saja Wooyoung terlonjak dari posisinya berdiri.

Suara San muncul dari balik tubuhnya, membuat ia langsung menoleh dan melihat San membawa sebuah handuk. Wooyoung langsung menginjak kakinya pertanda kesal, namun bercanda, sebelum San terkekeh minta maaf.

"Katanya mau mandi?"

"Iya, memang." jawab San, sebelum ia melewati Wooyoung untuk menghampiri Arin yang menyaksikan kedatangannya. "Sayang, kalau mau berenang, ini handuknya. Buat baju ganti, ada baju kamu di koperku. Ketinggalan waktu itu."

Wooyoung menyaksikan bagaimana Arin mengangguk dengan sangat bahagia sembari menerima handuknya. Membiarkan San, lagi dan lagi, mengusap rambutnya, sebelum kemudian berbalik untuk kembali. Melewati Wooyoung sembari melemparkan senyuman, lalu akhirnya menghilang dari balik pintu penghubung antara bagian dalam rumah dan luar rumah.

Dari posisinya, Arin berseru pada Wooyoung untuk mendekat. Mengajaknya untuk berenang agar ia tak sendirian.

Tentu Wooyoung menerimanya dengan bersemangat. Langsung melepas kausnya sendiri, lalu membuka celana jeansnya, hingga menyisakan boxer.

Arin juga langsung menanggalkan dress santai yang ia kenakan, menyisakan dirinya dengan dalaman berwarna senada. Melempar handuk ke salah satu kursi pantai lalu berjingkrak-jingkrak menunggu Wooyoung mendekat.

"Ayo, ayo!" serunya antusias.

Wooyoung ikut, menyamakan energi dan melompat-lompat juga.

"Hitungan ke-tiga, lompat! Ayo! Satu, dua, tig — "

"Tiga!" Arin bersorak untuk melanjutkan sambil melompat.

Nyatanya, Wooyoung hanya pura-pura melakukannya, membuat sosok perempuan itu telah menyeburkan diri terlebih dahulu.

Sontak Wooyoung tertawa, melihat Arin muncul ke permukaan dan menyaksikannya masih di daratan. Lalu merengek dengan kesal sambil mengusap wajahnya sendiri.

"Wooyoung~! Nakal! Sini!"

Tapi Wooyoung masih tertawa puas, walau Arin langsung mencoba menyipratkan air padanya sebagai bukti kekesalan. Wooyoung hanya terus menggodanya dengan sangat sumringah, seolah itu adalah hal paling menyenangkan di dunia.

Padahal...

Wooyoung rasa ia hanya mencoba untuk tak melihat Arin sebagai lawannya.

Bagaimanapun juga... Wooyoung harus bahagia untuk San, bukan? Karena selama ini... San pun terlihat, begitu mencintai Arin.

"Wooyoung~ ayo turun sini~"

Wooyoung mengerjap, tersadar bahwa ia hampir terbawa lamunannya.

Lagipula... Arin itu seseorang yang bisa menjaga San juga... ya, 'kan?

— — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — —

Lux suka masih bingung kapan drop bomnya askasjahdsjdskds

Love, Luxor.

— — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — —

Octagon.

— — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — —

2022 © luxoreitijeu

✔️ OCTAGON (ATEEZ BXB SMUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang