Octagon - 128 : Lebih Besar dari Sebelumnya

509 55 49
                                    

"Masuk, Hongjoong."

Ketika pintu dibuka dan dipersilahkan masuk, Hongjoong pun melangkah ke dalam. Mendatangi Stella, di waktu yang seharusnya digunakan untuk istirahat itu, membuatnya tak enak. Seharusnya, Hongjoong memang berpikir demikian. Namun kali ini, Hongjoong akan mengabaikannya dalam kepala.

"Maaf ganggu." ucap Hongjoong, tersenyum, melihat bagaimana rumah mewah yang Stella tinggali bersama keluarganya, ia datangi saat itu. Memang bukan pertama kali. Dahulu, sering sekali dia datang, untuk berkumpul bersama Hyungwon, yang tentunya akan ada Hyojong di sana. "Aku gak maksud. Apalagi lihat Kak Stella, masih pakai pakaian yang sama seperti sebelumnya."

Stella terkekeh, mengarahkannya sampai ruang tamu. "Ah, itu. Tadi memang sempat mau mandi, tapi santai aja. Ayo duduk."

Setelah sampai dan dipersilahkan, Hongjoong pun duduk kemudian. Stella mengikuti di sampingnya. Keduanya saling duduk menghadap, agak miring, untuk bisa melihat dari jarak yang tak terpaut jauh.

"Mau minum apa? Nanti saya minta asisten untuk--"

"Gak perlu." Hongjoong menggeleng, memotong cepat. "Sebenarnya aku juga gak mau ngambil waktu Kak Stella terlalu banyak dan terlalu jauh lagi, jadi mungkin, aku mau ngomong langsung."

Stella mengangguk mendengarnya. "Tentu. Butuh tempat yang lebih privasi? Memang gak ada siapapun sih di rumah sekarang. Hyungwon masih di luar. Tapi kalau mau, boleh. Ada ruang kerja saya."

"Mungkin." Hongjoong mengangguk pelan, namun segera mengubah caranya menatap. "Ini mungkin terkesan gak sopan, kalau aku minta ini. Aku bahkan bukan siapapun. Belum taken kontrak, masih orang asing di agensi."

"Oke, tentang pekerjaan." Stella mendengarkan. "Lalu?"

"Dion Bagaskara itu." ucap Hongjoong. Hidungnya agak mengerut, tengah menimbang harus bicara frontal atau tidak. Tapi dia mendapatkan jawabannya segera. "Jika membunuh orang itu boleh, dia orang pertama yang kubunuh, Kak."

Stella terkesiap, tentu, namun berusaha menutupnya dengan kekehan. "Oke?"

"Dia pemerkosa." Hongjoong melanjutkan dengan cepat. "Jikalau nanti, dia diterima di agensi baru, lalu otomatis The Overload ada di bawah kuasanya, aku rasa, aku gak akan pernah rela."

"Wow." Stella semakin terkejut karenanya. "Jadi maksudnya, kamu kemari, mau ngasih opsi?"

Hongjoong salut akan cara Stella menangkap pembicaraannya. Sehingga tak perlu berbasa-basi, Hongjoong mengangguk. "Bangsat itu, gak diterima. Atau aku lakuin apapun, Kak, agar dia gak diterima."

"Gak ada opsi bahwa kamu dan band kamu akan mundur?" tanya Stella, agak terkekeh.

Hongjoong tak punya pilihan, selain menggelengkan kepalanya. "Band aku butuh. Kami butuh, buat harga diri kami."

"Harga diri?" tanya Stella memastikan. "Harga diri apa?"

Tapi di sana saatnya terbuka. Hongjoong menatap Stella lekat, memastikannya mengerti. "Ayah kalian, Kak Hyungwon, dan Kak Stella sendiri, alumni UBB. Tentu Kak Stella ngerti, apa yang lagi aku bahas."

"Lingkaran dalam?" Stella refleks bersandar pada sandaran kursi, lalu tertawa. Namun tawanya terdengar lepas, puas. 

Hongjoong dibuat terdiam.

Sedangkan Stella, masih tertawa sampai kemudian menatap Hongjoong di sana. "Iya, saya tau tentang lingkaran dalam. Kamu juga pasti tau, kalau saya tau. Kuliah empat tahun di sana, nyaksiin semuanya."

Masih, Hongjoong tak berkutik.

Selagi Stella, kini menatapnya lebih dekat, sembari menyentuh helaian rambut dua warna milik Hongjoong. "Setelah apa yang kamu lakuin di konser kemarin, menantang Changkyun, kamu masih butuh back up lain?"

✔️ OCTAGON (ATEEZ BXB SMUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang