Ketika keluar dari kamar mandi selepas mencuci wajahnya, Hongjoong tak henti-hentinya bersin. Selama itu juga, Seonghwa mendengarnya berulang. Di mana Seonghwa, yang sudah mandi terlebih dahulu, tengah duduk di meja dengan laptopnya.
Hongjoong mengusap hidungnya, meringis, sebelum berdecak pelan.
"Sakit?"
Pertanyaan singkat Seonghwa berikan, tak bisa menahan diri.
Tapi jawaban Hongjoong sangat santai, sambil mendekat ke arahnya. "Ada yang ngomongin."
Seonghwa tersentak.
Takutkan bahwa itu karena dirinya yang secara tak sadar tengah memikirkan Hongjoong, usai perdebatan lainnya di ruang tengah mereka. Yang mana, lagi, melibatkan orang lain antara mereka.
Seonghwa pun mencoba menyibukkan diri kembali. Padatnya latihan kemarin-kemarin membuatnya tak sempat mengerjakan tugas. Jadi di tengah malam itu, ia masih menghadap laptopnya sendiri.
Berdiri di belakangnya, Hongjoong memperhatikan.
Diantara keduanya, ada banyak yang ingin mereka bicarakan. Hanya saja rasa lelah, bukan dari fisik, melainkan masalah demi masalah yang keduanya hadapi selama ini, membuat mereka masing-masing memilih pilihan yang sama.
Bersikap, bahwa diantara mereka berdua tak ada yang salah.
Padahal jelas sekali, ada kesalahan di sana.
Canggung karena Hongjoong berada di balik tubuhnya—padahal itu adalah hal biasa selama SMA—Seonghwa melirik. Berucap pelan, sambil menunjuk ke arah kasur.
"Tidur sana. Kan besok latihan padat."
Tapi Hongjoong hanya menatap ke arah layar, sebelum menggerenyit pelan. "Kamu udah jarang baca buku, ya?"
"Apa?" Seonghwa membawa tatapannya kembali ke layar. Sebelumnya tak menyadari maksud ucapannya, sampai ia membaca essaynya, melihat betapa kacaunya di sana. "Ah, ini. Gak, mungkin aku kecapekan. Tapi ini buat kelas besok."
"Tidur sana." Hongjoong mengulang kalimatnya.
Hal itu membuat Seonghwa agak menahan diri untuk tak memukul lengannya. "Kamu yang tidur. Gak usah sok suruh orang tidur."
"Biar aku aja yang kerjain."
"Gak." Seonghwa membalas cepat. Menjadi kesal, tapi hanya sekilas, sebelum ia teringat sesuatu. Seonghwa melirik lagi ke arah Hongjoong, yang mengangkat satu alisnya, tau yang Seonghwa pikirkan. Sehingga membuat Seonghwa agak menunduk, untuk membawa tatapannya lagi ke depan. "Iya, maaf karena selama berbulan-bulan, aku sering minta kamu cover tugasku... kalau aku terlalu sibuk di 'luar sana'."
Mendengar itu Hongjoong tersenyum tipis, sebelum menekan kepala Seonghwa, yang membuatnya agak terkesiap. "Gak perlu minta maaf. Yang penting IPK kamu tetap di atas tiga."
"Aku buruk banget, ya, Hongjoong?"
Pertanyaan secara bisikan itu membuat Hongjoong terdiam, tahu ke mana arahnya. Tak berapa lama, hingga Hongjoong memberikan jawaban. "Kamu tau sendiri, aku yang paling buruk."
"Karena... satu kesalahan kamu waktu dulu?"
Balasan Seonghwa dibalas Hongjoong dengan sentuhan lembut di kepalanya lagi. Perlahan, turun ke lehernya dari belakang. "Besar banget, kan? Kamu belum bisa maafin aku."
"Aku takut sebenarnya, Hongjoong." Seonghwa merasa menciut, tapi membiarkan bagaimana Hongjoong menyentuh lehernya, sebagaimana menerima bagaimana perlakuannya yang sudah hilang selama ini. "Aku takut... aku takut sama masa lalu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON (ATEEZ BXB SMUT)
FanficThe rule is; we can't fall in love with each other. Dilema dari 8 orang yang memilih untuk tinggal bersama. Seluruh perasaan yang semula terkubur, muncul ke permukaan satu per satu. Menyakitkannya, bukan hanya itu masalah yang timbul diantara mereka...