"Juyeon..."
Panggilan dari Wooyoung mampu membuat Juyeon menoleh ke arahnya. Hanya menoleh di sana, sedikit, karena ia tetap harus fokus untuk mengendarai motornya di sana. Tanpa tujuan sama sekali, hanya perlu untuk meredakan amarahnya.
Wooyoung mengerti.
Bahkan di sana, Wooyoung juga merasakannya.
Jadi dari belakang, Wooyoung mencoba untuk mengusap pinggang Juyeon secara berulang, guna membuatnya merasa lebih baik. Berharap itu dapat membantunya juga untuk mengangkat bebannya dari keadaan rumah. Yang seakan, meninggalkannya di sana tanpa mengetahui apapun.
Juyeon melirik lagi, sebelum bertanya padanya pelan. "Laper gak?"
"Mm?" balas Wooyoung, mengerjap terkena angin kencang dari laju motor mereka, lalu kemudian mengangguk. "Laper sih."
Sedikitnya, ia melihat Juyeon agak menarik sudut bibirnya. Sebelum kembali ke depan dan terus mengendarainya, sampai kemudian mereka menemukan sebuah convenience store dua puluh empat jam.
Segera Juyeon memarkirkan motornya di depan.
Turun setelah Wooyoung, yang melepas helmetnya kemudian memberikannya pada sosok yang lebih jangkung darinya. Juyeon menerima helmet, menaruhnya, pun dengan satu yang dikenakannya.
Tanpa banyak bicara, keduanya masuk ke dalam convenience store tersebut dan kemudian menyebar. Hanya kembali ketika akan membayar. Tapi Juyeon menghentikan Wooyoung yang hampir merogoh dompetnya.
"Gue aja." kata Juyeon.
Wooyoung hampir protes tapi Juyeon sudah lebih dahulu melakukannya.
Selanjutnya mereka mulai menyeduh cup mie instan, memanaskan sosis atau telur yang mereka beli, dan juga membuka kaleng minuman. Membawanya ke meja panjang menghadap kaca luar, yang terarah lurus pada motor tersebut. Lalu duduk berdampingan.
Juyeon dan Wooyoung agak tersenyum saat tak sengaja mereka bertukar kontak mata. Menahan tawa, sambil mengaduk cup mie instan masing-masing, sebelum kemudian terkekeh.
Entah mengapa, di sini, mereka berdua merasa lebih tenang.
"Sorry, ya, gak ngajak makan di mana gitu." kata Juyeon pelan. "Duit Wonderock gak jadi Hongjoong bagiin. Buat nutup kebutuhan konser. Kecuali buat Younghoon, udah dipisahin."
"Ngomong apa sih?" balas Wooyoung. Perlahan meniup suapan untuk dirinya sendiri. "Lagian, gimana bisa kalian tiba-tiba buat konser? Maksudnya, kemarin rasanya belum ada kabar apa-apa?"
Juyeon agak menunduk, tersenyum samar di sana. "Ah, itu, susah sih jelasinnya. Tapi yang pasti, Hongjoong butuh konsernya."
"Butuh duit?" Wooyoung agak menggerenyitkan dahi. "Perasaan dia anak orang kaya deh. Masa kemarin biaya rumah sakit yang dia ganti ke gue aja dua kali lipat. Katanya, jangan banyak omong dan biarin dia pulang."
Juyeon hampir tersedak mendengarnya. "Jadi lo biarin dia pulang karena duit?"
"Enggak, anjir!" Wooyoung langsung tertawa, membela diri. "Itu dia bayar juga pas udah di rumah. Sebelum ke kampus sama lo itu. Cuma memang anaknya gak akan bisa ditahan di sana."
"Lagaknya..." Juyeon menggelengkan kepalanya, sambil memakan mie dan menggigit sosisnya. Baru teringat akan pembicaraan mereka sebelumnya. "Gak sih. Cuma, Hongjoong dan Yunho gue rasa, butuh sangat sama konser itu. Mingi kan kelihatannya selalu ngikut Hongjoong. Dan gue?"
Wooyoung menunggu Juyeon yang mengambil jeda sesaat, di mana dia mendesah pelan, dan mengambil suapan tanpa melirik.
"Gue, mm... gue udah terlanjur basah sih di sini. Mau pergi juga gak bisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON (ATEEZ BXB SMUT)
Hayran KurguThe rule is; we can't fall in love with each other. Dilema dari 8 orang yang memilih untuk tinggal bersama. Seluruh perasaan yang semula terkubur, muncul ke permukaan satu per satu. Menyakitkannya, bukan hanya itu masalah yang timbul diantara mereka...