Wooyoung bertepuk tangan seiringan dengan langkahnya menuruni tangga, di mana samar ia mendengar suara musik dari arah belakang. Pertanda bahwa di pagi hari Rabu itu The Overload sudah mulai berlatih.
Agaknya Wooyoung ingin bermalas-malasan; hari ini kelasnya dikosongkan. Itu membuatnya mendapatkan waktu untuk bersantai di rumah selagi memang tak ingin ada hal yang ia lakukan. Seharian di kampus kemarin sudah cukup menguras keinginannya untuk bangun dari kasur.
Tapi Wooyoung merasa lapar.
Jadi dirinya membawa diri ke dapur, untuk mendapatkan sarapan. Dan senyumannya mengembang, secerah matahari yang mulai menyingsing di luar sana ketika mendapati adanya San yang tengah memakan roti panggangnya sendirian.
"Pagi, Desan~"
Sapaan Wooyoung yang ceria membuat San melirik lalu mengedik ke arahnya. San langsung menawarkan roti yang ia makan, dengan mendorong piringnya yang berisi selembar roti yang masih utuh.
Hanya saja Wooyoung menolaknya.
Segera dibukanya pintu lemari pending, diambilnya sekotak susu untuk satu porsi dan mulai mendekat ke arah San setelah menutupnya kembali.
"Ngampus?" tanyanya, melihatnya sangat rapi.
San mengangguk, sambil menarik kursi sampingnya, memgisyaratkan Wooyoung untuk duduk.
"Duduk di sini."
Wooyoung melirik ke arah seseorang yang menepuk bagian kosong disampingnya. Menunjukan posisi untuknya duduk berdampingan dengannya, di sebuah bangku taman pada area gedung khusus untuk unit kegiatan mahasiswa.
Sembari memberikan senyuman ramah, Wooyoung meremas tali ranselnya, kemudian mendudukan diri di sampingnya.
Tak disangka, sosok itu langsung mengulurkan tangannya di sana, mengajaknya berkenalan. "Gue Desanrio. Tapi lo bisa panggil gue San."
"Wooyoung." Wooyoung membalasnya, sembari menatap tepat di matanya, dan tak sangka ia agaknya tenggelam sesaat. "Ah... Wooyoung, Wooyoung."
San tersenyum, sembari melepaskan jabatan mereka.
Lalu jemarinya menunjuk secara sopan, pada salah satu ruang klub yang berada beberapa meter di hadapan mereka. "Ikut audisi juga?"
"Hm?" Wooyoung mencoba untuk fokus, karena jelasnya, sosok dihadapannya indah sekali. Wooyoung hampir lupa bahwa mereka berdua sesama lelaki. "Oh? Bukan. Temen gue yang ikut audisi. Gue baru keluar kelas, diminta jemput."
"Okay." San tersenyum sekilas, mencoba memperpanjang percakapan. "Gue dengar memang mau bentuk band, ya?"
Wooyoung mengangguk-angguk. "Iya. Anggotanya baru dua. Kebetulan yang bikin band-nya kakak tingkat jurusan gue."
"Oh? Jurusan apa?"
"Musik."
Jawaban Wooyoung membuat San meringis tipis. "Bego banget gue, kenapa gue nanya kayak gitu ya. Otomatis anak musik juga."
"Haha santai." tawa Wooyoung.
"Tapi satu anggotanya yang udah masuk itu temen gue." kemudian San berucap, merasa bangga akan temannya. "Dia anak teater, kayak gue. Seangkatan. Sekarang gue lagi nungguin dia. Kalau gak ditunggu, anaknya kabur nanti gak akan latihan."
Wooyoung mendengarkannya sampai matanya berbinar. Merasa langsung nyaman bicara dengannya. "Wah, keren! Temen gue beneran ingin masuk, tapi anaknya agak penakut! Makanya minta dijemput."
"Temen gue gak ikut audisi, dia direkrut langsung." sama sepertinya, memberikan energi yang sama, San langsung menambahkan. "Ini kan minggu ketujuh kita kuliah, ya? Nah, temen gue ini direkrut pas minggu ke-empat, alias, kita baru sebulan kuliah."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON (ATEEZ BXB SMUT)
FanficThe rule is; we can't fall in love with each other. Dilema dari 8 orang yang memilih untuk tinggal bersama. Seluruh perasaan yang semula terkubur, muncul ke permukaan satu per satu. Menyakitkannya, bukan hanya itu masalah yang timbul diantara mereka...